28♡

17K 1.1K 46
                                    

Haiii nungguin lanjutannya ya🙈

Cuss baca gih...

***

Malam telah tiba, setelah menjelajahi street food ala Dubai Alin dan Alif mampir di salah satu taman dekat dengan Burj Khalifa. Alin tampak masih ceria dengan es krim vanilla di tangannya sedangkan Alif tak henti-hentinya memandang Alin.

Keduanya telah melaksanakan sholat maghrib dan isya' di masjid terdekat. Hal itu menjadi pengalaman pertama bagi Alin. Biasanya ia melaksanakan ibadah sholat hanya di rumah. Ia akan pergi ke masjid pada bulan ramadhan untuk melaksanakan sholat tarawih dan pada saat akan melaksanakan sholat id saja. Itu pun jika ia bisa mengumpulkan niat dan keberanian untuk keluar rumah pada saat-saat seperti itu. Karena banyak sekali laki-laki yang 'gabut' sering menggodanya jika sedang lewat.

"Kak Alif cobain deh," celetuk Alin.

"Saya nggak terlalu suka es krim habibati," tolak Alif.

"Satu suap aja kak," pinta Alin.

"Hm, yaudah aaaa'..." Alif membuka mulutnya lebar. Alin tersenyum senang lalu menyuapkan sedikit es krim untuk Alif. Karena ia tahu jika Alif terlalu banyak makan es krim, maka itu tidak akan baik bagi kesehatan hidungnya, pilek.

"Enak?" tanya Alin.

"Enak, manis. Tapi lebih manis yang nyuapin saya barusan."

"Gombal." Tangan Alin memukul lengan Alif. Sedangkan Alif sudah kebal oleh pukulan Alin, hanya terkekeh kecil.

"Habibati, habisin cepet es krimnya, saya mau kasih surprise setelah ini," ujar Alif. Atensi Alin teralihkan dari es krimnya ditangannya. Matanya mengerjapkan lucu seketika berbinar-binar.

"Surprise?" beo Alin.

"Iya habibati, kesayangannya Alif, cintanya Alif, sayangnya Alif," ujar Alif sembari mencubit kedua pipi chubby Alin.

"Kak Alif ish. Nih pipi makin lower ntar kalo dicubitin mulu," dumel Alin. Tak lupa bibirnya yang mengerucut lucu.

"Hahaha gapapa biar makin gemesin," ujar Alif. Alin tak menjawab, ia sibuk memakan es krimnya. Hingga tak sadar jika bibir dan hijabnya terkena noda es krim juga.

"Alhamdulillah habis," sorak Alin ketika berhasil menghabiskan es krimnya. Alif terkejut melihat waja Alin yang belepotan dengan es krim berwarna putih itu. Alif menahan tawanya. Tangannya merogoh tas Alin. Ia menemukan tisue di dalamnya.

"Sayang kenapa bisa belepotan begini sih?" tanya Alif sembari membersihkan bibir Alin menggunakan tisue. Alin menunduk dan sedikir terkejut melihat hijabnya juga terkena noda es krim.

"Hehehe terlalu semangat karena mau dapet surprise dari ayang," jawab Alin dengan cengengesan. Alif ikut tertawa dengan kerandoman Alin.

"Yaudah, kita pulang bentar ganti hijabnya terus nanti balik lagi. Gimana?" tawar Alif. Alin mengangguk setuju. Toh, ia juga tidak membawa hijab cadangan sedangkan wajahnya kini sedikit lengket dan baunya seperti es krim vanilla.

"Kak ada masker ga?" tanya Alin.

"Masker?" beo Alif.

"Iya, ada ga?" tanya Alin.

"Nggak ada sayang. Kenapa? Kamu risih diliatin banyak orang pas mulut kamu belepotan gini, hm?" tanya Alif sembari menoel-noel pipi ranum Alin. Alin mengangguk, benar memang perkataan Alif.

Tanpa aba-aba, Alif memposisikan tangannya di belakang leher dan lutut Alin. Lalu menggendongnya ala bridal style. Alin tak mau kalah ia melingkarkan tangannya di leher Alif sembari menelusupkan wajahnya di dada bidang Alif. Alif tak masalah jika hoodienya terkena noda es krim juga. Baginya hanya noda setitik saja tidak berarti apa-apa jika bersama dengan Alin. 'Level bucin yang sedikit kelewatan.'

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now