32♡

12.8K 948 47
                                    

Haiii... Baca gih, jangan lupa vote dan komen yaa....

***

"Sayang, udah siap belum?" tanya Alif sembari menyisir rambutnya.

"Alhamdulillah, udah," jawab Alin setelah mengecek barang bawaan mereka di tasnya. Alif tersenyum lantas membalikkan badannya menghadap Alin. Ia mengelus puncak kepala Alin yang tertutup hijab pashmina coklat susu. Untuk kepulangan mereka, Alin mengenakan gamis pemberian Alif yang berwarna putih dengan dipadukan sneaker putih. Tak lupa tas kecil berwarna putih gading melengkapi tampilannya.

Sedangkan Alif memilih mengenakan celana kain berwarna hitam dipadukan dengan hoodie putih. Tak lupa sneaker putih sama seperti Alin juga melengkapi penampilan kali ini.

"Yaudah yuk berangkat," ajak Alif. Alin tersenyum lantas mengangguk. Ia menggenggam tangan Alif. Sedangkan koper-koper mereka telah berada di bawah.

"Kak, nanti jangan lupa ambil foto pas udah diatas ya. Pasti indah banget pemandangannya," seru Alin.

"Lebih indah pemandangan yang sekarang saya lihat ini," jawab Alif sembari menatap wajah Alin dengan intens. Alin menunduk sembari mengulum bibirnya menahan senyum yang ingin terbit. Pipinya bahkan telah memerah karena gombalam maut dari Pak Suami Gantengnya.

"Apaan sih kak!?" ketus Alin. Alif terkekeh pelan.

"Saya ga bohong habibati, wajah kamu lebih indah dari pemandangan apapun dan dimanapun," ujar Alif. Pipi Alin semakin memerah.

"Udah ish gombal mulu." Lagi-lagi ketusan yang Alin lontarkan.

"Hahaha, kamu kalo salting kenapa lucu banget sih?" tanya Alin.

"Gara-gara kak Alif sih." Nahkan, pasti ujung-ujungnya Alif yang akan disalahkan.

"Kok saya. Emang saya ngapain kamu, hm?" tanya Alif. Ia semakin gencar menggoda Alin yang sedang salting brutal terjungkal-jungkal.

"Tau ah, pokonya kak Alif yang salah," jawab Alin. Ia sedikit berlari untuk menghindari Alif. Tapi nahasnya ia malah terpeleset dan jatuh dengan posisi terduduk di karpet bulu. Masih untungnya tidak ada yang melihat kecuali Alif.

Alin meringis kesakitan tapi tak lama, "HUAAA... KAK ALIF HIKS..." tangis Alin pun pecah seketika.

"Astaghfirullah sayang." Alif segera berlari setelah menertawakan Alin yang tadinya sedang salting dan berusaha lari darinya.

"Hiks... Hiks... Sa-kit HUAAAAAA..." Sebisa mungkin Alif menahan tawanya. Ia menenangkan Alin yang semakin histeris.

"Ututu makanya jangan lari-lari, 'kan jatuh," nasehat Alif.

"Jangan nyalahin aku, salahin karpetnya kenapa licin banget hiks..." elak Alin. Ya beginilah, si paling gamau disalahin.

"Udah ya cup cup cup, habis ini saya marahin karpetnya. Udah ya, nanti cantiknya ilang loh kalo nangis terus," bujuk Alif. Alin masih menitikkan air mata.

"Marahin sekarang!" titah Alin. Alif menghela nafas panjang. Sepertinya kejadian saat di kantornya terulang lagi.

"Iya-iya, mau sekarang karpetnya dimarahin?" tanya Alif. Alin mengangguk cepat. Alif menarik nafasnya lalu menghembuskannya. Ia memasang ekspresi wajah garang nan menyeramkan.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now