37♡

10.9K 1K 115
                                    

Maaf ya kemarin gantung hehe...

***

Shaka menghela nafas panjang lalu memperhatikan sekitar apakah sudah aman ataukah belum. Setelah dirasa aman, Shaka pun melancarkan aksinya. Ia keluar dari balik semak-semak.

Tapi...

"WOY!"

Mata Shaka melebar. Shaka memberanikan diri untuk melihat ke arah si pemanggil. Rupanya seorang berbaju sama dengannya yang telah memanggilnya.

"Lo ngapain disini wan?" tanya si pemanggil sembari menepuk pundak Shaka.

"Hah? O-oh i-itu anu itu gue abis ngecek disana kaya ada orang tapi setelah gue cek ternyata cuma perasaan gue aja," ujar Shaka dengan suara beratnya serta terbata-bata.

"Oh, lo tenang aja. Lokasi ni rumah aman dari siapapun termasuk polisi. Kaga ada yang bisa kesini kecuali bos sama kita-kita," ujar penjaga itu. Shaka pun mengangguk saja. Ia masih sibuk menetralkan detak jantung yang hampir saja copot gara-gara penjaga itu.

"Yaudah, sekarang lo ke dapur deh anterin minuman ke depan. Gue sama yang lain haus nih," pinta penjaga itu.

"Hahaha, siap-siap. Gue ke dapur sekarang," pamit Shaka. Penjaga tadi tersenyum lalu menepuk bahu Shaka lagi. Ia pun lantas pergi terlebih dahulu.

Akhirnya Shaka bisa bernafas lega. Ia pun berjalan santai dengan membawa baki kosong. Ia mendapati sebuah dapur kecil yang ada di pojok rumah. Terlihat oleh mata kepalanya sendiri, ada dua penjaga sedang menanak nasi dan menggoreng lauk pauk. Mungkin mereka kelaparan.

"Oi bang, noh abang-abang yang didepan minta minum." Shaka memulai adegannya dengan menggunakan suara beratnya. Agar tidak ketahuan.

"Kenapa suara lo begitu wan?" tanya salah satu penjaga. Shaka berpikir mungkin peran yang ia perankan adalah Iwan, Alwan, atau Wawan karena panggilannya sekarang yaitu wan. Shaka tersenyum smirk sedangkan otak encernya bekerja. Shaka terbatuk-batuk.

"Uhukk... uhukk... Batuk gue bang," alibi Shaka.

"Oh yaudah. Nih anterin!" titah penjaga itu. Shaka mengangguk lalu mengambil baki yang telah terisi beberapa gelas minuman dingin.

"Gue kedepan," ujar Shaka. Mereka yang ada di dapur mengangguk.

Shaka pun kembali ke depan rumah tua itu dengan membawa baki. Sesampainya di depan, ia melihat beberapa anak buah penculik Alin tengah bersenda gurau. Mungkin itulah cara mereka agar tidak mengantuk.

"Nih minum. Kalian pasti haus," ujar Shaka sembari meletakkan baki itu.

"Wih minuman nih. Perfect lo wan!" puji salah satu dari anak buah penculik Alin.

"Yoi, gue gitu loh," ujar Shaka sembari menepuk dadanya bangga. Shaka kembali tersenyum smirk kala para penjaga itu menguap setelah meminum habis minuman yang ia berikan.

"Kok gue ngantuk banget ya?" tanya salah satu dari mereka.

"Kalo kalian ngantuk, tidur aja gapapa. Biar gue yang jaga," ujar Shaka. Para penjaga itu manggut-manggut saja. Toh mata mereka seolah tak mau terbuka. Tak butuh waktu yang lama, deru nafas mereka terdengar teratur.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now