52♡

5.6K 481 46
                                    

HAYOWW, ASSALAMUALAIKUM
CUS DIBACA!!!

***

Setelah kejadian perdebatan antara Devan dan ketiga perempuan yang tak lain adalah Ning Syifa, Mika dan seorang gadis berpakaian hitam. Alif tak henti-hentinya mengomel pada Devan yang sekarang tertunduk pasrah menerima semburan kekesalan sahabatnya sendiri.

"Lo ngapain pake nuduh mereka segala?" tanya Alif.

"Gue kadung greget sama tuh tiga cewe," ujar Devan sembari membuang muka ke arah lain. Alif menghela nafas panjang, sungguh sahabat yang satu ini memang unik. Kadang keras kepala, kadang dewasa.

"Astaghfirullah Devan! Kalo lo begini lagi kaga gue restuin lo sama adik gue!" ancam Alif. Seketika mata Devan terbelalak.

"Eh bro kaga bisa gitu dong. Apa-apaan lo bawa-bawa masa depan gue!" elak Devan. Sungguh ia tak akan rela jika harus dipisahkan dengan gadis pujaannya itu.

"Makanya jaga sikap lo! Rencana kita bisa hancur Devan!" Alif mengatakan jal tersebut tanpa berpikir terlebih dahulu. Seharusnya ia tak mengatakan itu didepan Alin. Sekarang wanita itu tampak mengerutkan keningnya tak paham dengan pembahasan pria-pria disana.

"Rencana apa?" tanya Alin.

"Astaghfirullah, bukan apa-apa sayang. Kamu istirahat aja ya, saya mau nyusul Rendy di lantai atas. Kamu mau ikut?" tawar Alif. Alin membalas dengan gelengan cepat.

"Aku mau disini aja. Bosen kalo ke atas," ujar Alin. Akhirnya Alif mengalah dan membiarkan istrinya dijaga oleh keempat temannya.

"Jagain istri gue, kalau ada yang mencurigakan kabari gue secepatnya!" Keempat pemuda itu mengacungkan jari jempolnya. Alif sempat menatap tajam Devan. Tapi tak dihiraukan oleh sang empu. Ia justru mengendikkan bahu seakan tak peduli. Alif menghela nafas gusar. Lebih baik ia pergi dari sini atau ia akan keceplosan lagi.

Akhirnya Alif berlalu naik ke lantai atas untuk menyelesaikan meetingnya. Kini di meja pojok, hanya ada Alin dan minuman yang hampir habis ditegaknya. Sedangkan teman-teman suaminya duduk di samping dan di depan mejanya. Seperti beberapa orang bodyguard yang setia menjaga majikannya.

Lama kelamaan Alin merasa bosan. Minumannya sudah habis. Ia melihat ke luar jendela, rupanya ada seorang badut Dora yang sedang mengamen. Netra Alin terpaku pada seorang bocah laki-laki yang tampan duduk di sebelah badut itu.

Ia melihat keempat teman suaminya yang tampak sibuk dengan ponsel masing-masing. Alin bangkit dari kursinya, lantas pergi dari cafe tersebut. Baik Devan, Shaka, Gus Agam maupun Arya sama sekali tak menyadari kepergiannya.

Setelah keluar dari cafe, Alin beranjak mendekati badut Dora itu. "Assalamualaikum," ucap salam Alin.

"Wa'alaikumussalam, eh apa ya mbak?" tanya wanita yang berada di balik topeng Dora itu.

"Saya lagi ngidam pengen main sama Dora, boleh saya main sama ibu badut?" tanya Alin. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

"Oh mbaknya lagi hamil ya? Boleh mbak," ujar badut tersebut. Mendengar persetujuan dari badut itu, Alin tersenyum sumringah. Ia mendudukan diri di trotoar yang dilapisi oleh kardus bekas.

"Makasih, emm kita main tepukan gimana?" tawar Alin. Ia tampak bersemangat sekali untuk bermain dengan badut Dora.

"Gimana caranya mbak?" tanya badut Dora tersebut. Alin mengangkat kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap lawan mainnya. Badut Dora itu mengikuti gerakan Alin.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang