08♡

18.8K 1.5K 39
                                    

Gausah banyak cingcong cus baca...

Semua syarat yang kau berikan bukanlah suatu rintangan bagiku. Karena ku tahu kamu adalah permata, yang membutuhkan usaha lebih untuk mendapatkannya.

(Alif Muhammad Naufal Azhar)

***

Suara dentingan sendok dan garpu saling bertautan. Di meja makan sudah ada Bunda Hafsah, Ayah David, dan Alin. Sedangkan Abidzar, ia sedang keluar untuk mencari buku bersama temannya.

Alin sudah selesai makan, sedangkan Ayah David sedang menemani Bunda Hafsah makan. Karena memang ia terbiasa makan paling akhir dan Ayah David selalu menemaninya.

"Yah bun," panggil Alin.

Ayah David yang tadinya fokus memperhatikan Bunda Hafsah kini menatap penuh kearah Alin. "Kenapa sayang?" tanya Ayah David.

"Alin mau ngomong sesuatu." Alin meremas kuat rok plisket panjang yang ia pakai.

"Mau ngomong apa?" taanya Bunda Hafsah telah selesai dengan makannya.

"Em-emm gi-gini, A-Alin mau..." ucap Alin terbata-bata. Kedua orang tuanya mengerutkan keningnya. Tak paham dengan ucapan Alin.

"Mau apa?" tanya Ayah David mewakili kekepoan Bunda Hafsah.

"Alin mau, Alin nerima lamaran kak Alif," ucap Alin dengan mantap tanpa ada keraguan dalam matanya.

"Kamu yakin?" tanya Bunda Hafsah. Ia sedikit terkejut dengan jawaban Alin. Begitupun dengan Ayah David.

"Iya yah bun," ujar Alin sembari tersenyum tulus.

"Alhamdulillah nak." Ayah David mengusap kepala Alin.

"Yaudah kalo gitu Bunda telfon uminya alif dulu." Bunda Hafsah tampak bersemangat sekali.

"Bund, jangan dulu," cegah Alin.

"Kenapa?" tanya Ayah David dan Bunda Hafsah kompak.

"Kapan-kapan aja, Alin kasih tau mereka langsung." Rona pipi Alin terliha jelas.

"Emm gitu yaudah deh," jawab Bunda Hafsah.

"Ekhem... Itu pipi atau tomat? Kok merah banget," celetuk Ayah David.

"Waduh-waduh kenapa tuh?" ejek Bunda Hafsah. Ayah David menahan tawanya melihat Alin salah tingkah.

"Ish apa sih yah bund," desis Alin. Lalu berdiri untuk pergi mencuci piring. Bibirnya masih berkedut ingin tersenyum.

Sedangkan diruang makan, Ayah David dan Bunda Hafsah masih saja tertawa melihat tingkahnya.

"Huftt semoga ini yang terbaik," gumam Alin.

"Yah bun, Alin ke kamar dulu," pamit Alin.

"Iya sayang istirahat gih. Besok kita ketemuan sama keluarga Alif," ujar Bunda Hafsah. Alin melotot, secepat itu? Yaampun jantungnya seketika berdebar kencang. Tangannya ikut tremor.

"Bund kok secepet ini?" tanya Alin tak percaya.

"Lebih cepat lebih baik," celetuk Ayah David.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now