43♡

9.8K 920 143
                                    

Holaaa... Yang kemarin minta adegan Alif Alin dibanyakin, cuss bacaaa... Dijamin baper sampe tujuh turunan.. eh nggak candaaa🤓

***

Sepulang dari rumah keluarga Gemilang, Alif dan Alin menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah keluarga Azhar. Untuk malamnya mereka dipaksa menginap oleh Umi Ana, dengan alasan bumil tidak boleh keluar malam-malam. Alif dan Alin pun pasrah menuruti keinginan Umi Ana.

Kini pasangan muda itu tengah melaksanakan sholat isya' berjama'ah di kamar milik Alif. Nuansa monokrom sangat terasa di kamar satu ini. Alif memang tipikal laki-laki yang tak terlalu menyukai warna-warna terang. Alhasil kamarnya pun full monokrom. Mulai dari cat hingga pernak-perniknya.

"Kak Alif mau muroja'ah?" tanya Alin ketika Alif tiba-tiba berdiri untuk mengambil dua buah kitab Al-Qur'an.

"Untuk hari ini, saya mau kamu hafalin satu surah dalam Al-Qur'an," ujar Alif. Mendengar itu, Alin mendadak gugup.

"Tapi kak-"

"Tapi apa habibati?" tanya Alif sembari duduk kembali di atas sajadahnya.

"A-aku mau ke kamar mandi," alibi Alin hendak berdiri dan melepas mukenanya. Dengan langkah seribu, ia berlari dari menuju kamar mandi.

"Lima menit!" ujar Alif. Seketika langkah Alin terhenti.

"Kok-"

"Kenapa? Kamu mau lari dari hafalan?" tanya Alif mengintimidasi.

"Apa sih, nggak kok!?" elak Alin. Alif pun meletakkan Al-Qur'an itu di mushafnya. Ia berdiri dan mendekati Alin lalu mencubit hidung Alin dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Awss..." desis Alin meringis kesakitan sembari mengelus hidungnya yang merah karena ulah suaminya.

"Jangan harap kamu bisa lari dari hafalan. Kamu mau tau kenapa saya nyuruh kamu hafalin surah dalam Al-Qur'an?" tanya Alif. Mendengar pertanyaan Alif, Alin pun mendongak menatap suaminya yang menatapnya dengan teduh. Kopyah hitamnya pun masih setia bertengger di kepala.

"Gatau dan-"

"Harus tau," potong Alif. Alin mendelik tajam kearah Alif.

Perlahan Alif mengambil sebelah tangan Alin. Ia membalikan posisi Alin untuk membelakanginya. Alif memeluk Alin dari belakang. Elusan lembut pun mendarat di perut rata Alin.

"Dia, anak kita. Dialah yang nantinya harus kita didik bersama. Didikan pertama yang akan ia terima itu dari kamu habibati. Kamu sebagai calon ibu harus paham bahwa seorang ibu adalah madrasatul awwal atau madrasah pertama bagi anak-anaknya. Nilai-nilai budi luhur, karakter dan agama adalah didikan pertama yang harus ia terima. Dan itu, harus kamu yang memberikannya," jelas Alif.

"Terus apa mendidik anak cuma tugas aku? Ga adil!" ketus Alin. Mendengar ketusan Alin, Alif malah terkekeh pelan.

"Malah ketawa," kesal Alin. Dasar mood bumil, memang bisa kapan saja berubah.

"Saya juga akan ikut mendidiknya tapi bedanya saya akan jadi backingan kamu. Seperti yang saya katakan habibati, kalau kamu yang akan mengajari anak kita tentang segala hal, saya pun akan mengimbanginya dengan ikut menasehati, memberi solusi atau bahkan menjadi penengah. Jadi kamu paham sekarang?" tanya Alif sembari membalikan tubuh Alin untuk menghadapnya.

"Ehemm, aku paham. Oke deh, tapi kak Alif janji kan kalo anak kita udah lahir kak Alif bakal ikut ngedidik anak kita biar jadi anak yang sholih-sholihah?" tanya Alin. Matanya menunjukan harapan bahwa Alif akan mengiyakan pertanyaannya.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now