46♡

6.9K 652 387
                                    

Haiiiii semuanya... Cus dibaca jangan lupa vote dan komen ya... :)

***

Perjalanan kali ini terasa begitu menyenangkan. Hanya ada Alif, Alin dan calon anak mereka. Alif memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Sedangkan Alin tampak begitu menikmati perjalanan kali ini. Ia tak berhenti berceloteh tentang masa kecilnya.

"Kak Alif tau ga? Dulu aku punya temen cowo seumuran kak Alif yang masyaallah ganteng banget, baik, sopan, dan sayang sama aku," ujar Alin. Alif tersenyum tipis mendengar celotehan Alin. Ia tahu anak laki-laki yang dimaksud adalah ia sendiri.

"Kamu ingat namanya siapa?" tanya Alif.

"Aku lupa nama aslinya tapi aku sering manggil dia kak Opal," awab Alin. Memang benar ia sudah lupa dengan nama asli anak laki-laki itu, tapi ia ingat nama panggilan yang ia buat khusus untuk anak laki-laki itu, Opal.

"Opal," gumam Alif pelan dengan senyum tipis masih tersungging di bibirnya. Tapi Alin juga masih bisa mendengar suara pelan Alif itu.

"He'em, dia juga sering manggil aku Nara. Biar beda katanya," ujar Alin. Alif tersenyum tipis sesekali melirik Alin yang sedang menatapnya.

"Iya Nara sayang," goda Alif. Alin mengerutkan keningnya. Kenapa ia seakan dejavu dengan nada panggilan Alif yang sama dengan nada panggilan Kak Opal-nya.

"Kak Alif ish, jangan manggil aku Nara! Cuma kak Opal aja yang boleh manggil aku Nara!" tegur Alin. Alif malah terkekeh.

"Malah ketawa, aku tuh pengen curhat tau!" ketus Alin. Alif tersenyum simpul. Salah satu tangannya ia gunakan untuk menyetir sedangkan satu lagi terangkat mengelus puncak kepala istrinya.

"Curhat tentang kak Opal kamu?" tebak Alif. Sebenarnya ia ingin mengetahui keluh kesah sahabat kecilnya ini. Meskipun Alin melupakannya karena lama tak berjumpa. Tapi ia senang karena Alin masih mengenangnya.

"Udah ga mood," ketus Alin. Ia menatap keluar jendela dan sibuk mengatur moodnya yang hancur.

"Mau es krim?" tawar Alif. Seketika mood Alin berubah total. Ia kembali menatap Alif dengan senyum lebar nan manis.

"Boleh?" tanya Alin dengan mata berbinar-binar.

"Boleh, sekalian kita istirahat sebentar di minimarket depan," ujar Alif sembari memarkirkan mobil Ferrari miliknya di depan minimarket itu. Alif melepaskan seat beltnya lalu turun dari mobil. Tak lupa memakai kacamata hitam yang melengkapi ketampanannya.

Alin pun tak mau kalah, ia juga melepaskan seat beltnya lalu ikut turun dari mobil. Tak lupa tas selempang kecil berisi handphone barunya terselampir di pundaknya. Alif mendekati Alin lalu menggandeng tangan mungil istrinya.

Merekapun masuk ke dalam minimarket dan disambut petugas disana. Mata Alin menelisik setiap sudut minimarket itu, tatapannya berubah berbinar-binar ketika melihat box es krim. Ia menggoyang-goyangkan lengan Alif. Alif pun menoleh ke bawah, karena istrinya hanya sebatas bahunya saja. Jadilah ia menunduk untuk menatap Alin.

"Kenapa habibati?" tanya Alif. Alin tak menjawab secara langsung, tapi ia menunjuk ke arah box es krim yang ada di pojok minimarket. Alif peka, ia pun mengambil keranjang belanja. Lalu menarik tangan Alin mengambil es krim yang Alin inginkan.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now