55♡

5.1K 366 52
                                    

Assalamualaikum bestie
Cus dibaca aja!!!

***

Amilia, gadis cantik nan ceria itu kini harus dirawat karena jatuh pingsan pasca mengetahui keadaan Arya. Hanya ada Amel, Dinda dan Alin yang menemaninya. Ayah serta ibunya sedang pergi ke luar negeri. Kemungkinan nanti malam mereka akan datang karena perjalanan membutuhkan waktu sekitar enam jam lebih.

"Gue ngerasa bersalah atas semua kejadian ini," celetuk Alin. Mata wanita itu membengkak karena terlalu sering menangis. Dia menatap wajah tenang Amil dengan tatapan sayu.

"Lin, stop nyalahin diri lo sendiri. Lo sama sekali ga bersalah, kita ga pernah tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya. Gue yakin kak Arya pasti baik-baik aja," ujar Amel menenangkan. Kali ini perannya bukan lagi sosok Amel yang dingin. Namun, sosok Amel berubah dewasa untuk membantu teman-teman bangkit.

"Andai aja gue bukan beban kalian." Alin kembali menangis. Dinda bergerak cepat memeluk sahabatnya itu.

"Lo bukan beban kita lin, justru lo itu yang paling sering nyemangatin kita. Gue tau lo ngrasa bersalah tapi ga seharusnya lo rapuh sekarang. Amil butuh lo, gue dan Amel. Kita harus bisa bikin Amil ceria lagi setelah ini," ujar Dinda. Alin mengangguk. Sebenarnya ia tak yakin jika Amil akan memaafkannya. Namun, dukungan dari Amel serta Dinda membuat bangkit kembali.

Setelah beberapa saat, Amil terlihat gelisah walaupun matanya masih memejam. Keringat membasahi pelipisnya. Bahkan bibir pucat itu menyebut nama Arya berkali-kali.

"Kak Arya, please jangan tinggalin aku," gumam Amil. Alin, Amel dan Dinda sigap membangunkan Amil.

"Mil bangun,"

"Amil ngucap istighfar mil,"

"Mil istighfar mil,"

"KAK ARYA!!" pekik Amil. Matanya kini terbuka lebar. Ia melihat teman-teman lantas menangis. Amel dengan sigap naik ke atas brankar untuk memeluk kembarannya itu.

"Mil, lo gapapa?" tanya Amel.

"Kak Arya mel, dia bilang mau pergi. Gue takut mel," ujar Amil sesenggukan. Alin mengambil segelas air putih untuk diminum Amil.

"Minum dulu mil," ujar Alin. Amil menatap Alin dengan wajah sedikit tidak biasa. Alin dapat merasakannya. Dinda paham langsung mengelus bahu Alin.

"Kak Arya pasti baik-baik aja mil, kita semua ada sama lo," ujar Dinda. Mungkin saat ini Amil membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

"Gue mau ketemu kak Arya." Amil ingin turun dari brankar namun dicegah oleh sahabatnya.

"Kita tau lo khawatir, tapi kak Arya lagi di ICU jadi dia ga boleh dijenguk dulu. Kecuali satu orang aja yang bisa selalu sama kak Arya," ujar Amel. Seketika bahu Amil merosot. Ia menangis kembali sembari menutup wajahnya.

Amel sigap memeluk kembarannya itu. Dinda berpindah tempat untuk memeluk Alin yang sedih melihat kondisi Amil. Jika sudah seperti ini, Alin akan terus-menerus menyalahkan dirinya.

Dinda menarik Alin untuk duduk di sofa sementara Amel sedang berusaha membuat Amil tidur. Tak lama Amil pun tertidur dalam dekapan Amel. Dinda dan Alin pun sigap membantu Amel untuk membenarkan posisi tidur Amil.

Setelahnya mereka beristirahat, kecuali Alin yang pamit ke musholla untuk sholat maghrib. Amil, Amel dan Dinda sedang datang bulan jadi Alin pergi sendirian ke musholla tersebut.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now