36♡

11K 1.1K 131
                                    

Haiii maaf ya gantung kemarin. Cus baca hih lanjutannya...

***

Hari demi hari berlalu, sudah dua minggu sejak Alin menghilang. Lihatlah sekarang Alif seperti seorang yang terkena depresi. Badannya terlihat sedikit lebih kurus dari sebelumnya. Pipi mulai tirus dan di rahang tegasnya juga telah ditumbuhi bulu-bulu janggut yang halus.

Kini, Alif tengah berada di mansionnya. Di ruang kerja Alif, anak buah Alif, dan teman-temannya tengah masih berusaha menemukan titik lokasi penyekapan Alin. Tak hanya itu, beberapa anak buah Alif telah diperintahkan untuk menelusuri beberapa tempat yang kemungkinan besar adalah tempat penyekapan Alin.

Berdasarkan kesaksian warga dan bukti cctv di luar toilet, ada beberapa orang berpakaian full hitam menculik Alin setelah keluar dari toilet. Dilihat dari ciri-cirinya, ada satu perempuan dan beberapa laki-laki bertubuh kekar.

Kala itu toilet yang Alin gunakan adalah toilet yang Amel periksa waktu itu. Sedangkan toilet pertama dan kedua sedang kosong. Alias hanya ada Alin di dalam toilet wanita saat itu.

Teman-teman Alin juga turut membantu mencari keberadaan Alin dengan menyebarkan poster foto Alin. Mereka juga telah mencari ke berbagai tempat namun nihil belum ada hasilnya.

Kehilangan Alin merupakan hal yang tak pernah Alif sangka. Masalah satu belum selesai ditambah lagi dengan masalah baru. Beberapa hari yang lalu, Alif menerima chat berisi ancaman yang sama seperti setelah beberapa jam hilangnya Alin.

Kini Alif tengah duduk bersimpuh dibawah ranjang dengan kepala disandarkan di pangkuan Umi Ana. Umi Ana kebingungan, bagaimana cara menenangkan putranya yang sedang menangis di pangkuannya ini.

"Umi, Alif harus gimana lagi? Istri Alif belum ketemu hiks..." tangis Alif kembali terdengar. Umi Ana belum ingin bersuara. Ia ingin membiarkan Alif mencurahkan isi hatinya. Meskipun harus diiringi oleh tangisan.

"Alif rindu istri cantiknya Alif mi hiks... Alif ga akan sanggup kalo harus pisah sama istri cantiknya Alif. Tapi Alif juga ga bisa hidup berjauhan dari istri Alif mi," sambung Alif.

"Sabar nak, kamu perbanyak berdoa sama Allah. Mintakan petunjuk-Nya. Allah itu ga tidur nak. Allah telah mendengar doa kamu. Mungkin Allah ingin kamu berusaha lebih keras lagi. Seperti yang pernah kamu ucapkan, Alin itu permata yang tiada duanya. Allah ingin kamu berikhtiar lebih baik dari sebelumnya agar kamu bisa mendapatkan permata hati kamu lagi, yaitu Alin, istri kamu," ujar Umi Ana.

"Umi benar, tapi-"

"Ga ada tapi-tapian, apapun caranya selamatkan istri kamu Lif. Umi yakin ada setiap masalah ada jalan keluarnya. Tapi Umi menolak keras jika kamu ingin menceraikan Alin!" tegas Umi Ana.

"Alif ga akan setega itu sampai-sampai harus menceraikan istrinya Alif mi," tolak Alif. Umi Ana mengelus rambut tebal Alif seperti yang biasa Alin lakukan.

"Umi tahu. Jangan putus asa nak. Tetap ikhtiar dan jangan lupa minta pertolongan dari Allah. Insyaallah Alin akan cepat pulang ke rumah kalian ini dalam keadaan selamat tanpa luka sedikitpun." Wejangan dari Umi Ana membuat Alif merasa lebih lega. Setidaknya keresahannya sedikit berkurang, meskipun masih terselip rasa khawatir di dalam hatinya.

"Syukron umi," ujar Alif.

"Sama-sama nak. Putra Umi harus tetap semangat. Ingat Allah selalu. Dia-lah yang akan membimbing kamu," ujar Umi Ana. Alif mengangguk sembari tersenyum tipis.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now