25♡

15.8K 1.5K 66
                                    

Haii... Asal kalian dari mana aja nih? Adakah yang dari planet pluto? Atau Jupiter? Atau jangan-jangan ada yang dari planet Merkurius?

Dari manapun kalian tetap semangatt maratonnyaaaaa.....

***

Sesampainya mereka di hotel yang Alif pesan, Alin merebahkan dirinya di kasur empuk hotel itu. Nuansa putih gold menambah kesan elegan di setiap sudut kamar. Fasilitas yang lengkap membuat Alin semakin betah berada di kamar itu. Alif terkekeh pelan mendapati istrinya sedang sibuk memandangi setiap sudut kamar mereka.

"Suka hm?" tanya Alif.

"Suka banget," jawab Alin.

"Alhamdulillah, bersih-bersih gih. Saya mau sholat isya' dulu," ujar Alif. Sedangkan Alin, ia masih belum bisa mensucikan diri. Mungkin esok hari baru bisa.

"Oke kak." Alin melompat ke lantai. Untung saja lantainya tidak jebol. Alif dibuat ketar-ketir jika Alin sudah begini.

"Sayang jangan lompat-lompat," peringat Alif. Alin nyengir hingga giginya terlihat.

"Maaf hehe kebiasaan," jawab Alin. Selalu saja itu jawaban yang Alif dapatkan ketika Alin memunculkan sifat bar-barnya. Alif hanya bisa mengelus dadanya, sabar.

Alin kembali dengan pakaian santainya. Kali ini bukan hot pants dan kaos oblong tapi piyama biru dongker couple yang Alin siapkan untuk tidur. Ia mulai memoleskan beberapa skincare malamnya.

Alif kembali setelah sholat isya' dengan menggunakan sarung hitam dan baju koko abu-abu. Tak lupa dengan kopyah yang membuatnya tampak seperti akang santri. Tapi emang santri sih.

"Sayang, piyama saya mana?" tanya Alif.

"Di gantungan kamar mandi," jawab Alin, ia masih sibuk dengan skincare-nya. Alif pun beranjak ke kamar mandi. Namun netranya tidak menemukan piyama yang Alin maksud.

"Dimana? Ga ada sayang," ujar Alif sedikut berteriak.

"Ada, coba cari yang bener," jawab Alin.

"Ga ada sayang," ujar Alif lagi. Alin berdecak sebal. Apakah mencari piyama segede tubuh Alif saja tidak becus. Atau perlu periksa mata. Alin beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar mandi.

Alin melihat Alif tampak kebingungan. Alin mengambil piyama yang ia gantung dengan hanger.

"Ini apa?" tukas Alin.

"Itu piyama?" tanya Alif balik. Seingatnya itu bukan piyama.

"Kalo bukan piyama terus apa? Kain kafan?" sarkas Alin. Alif meringis mendengar suara Alin yang terasa menusuk-nusuk gendang telinganya.

"Hehe saya kira itu bukan piyama," kekeh Alif. Alin geleng-geleng kepala lalu memberikan piyama itu untuk Alif.

"Up to you kak," pasrah Alin.

Alin pun keluar dan melanjutkan ritual skincare-nya yang sempat tertunda. Alif keluar dengan piyama yang sedikit membentuk tubuh kekarnya. Kancing bagian atas terbuka dan rambut sedikit basah. Mungkin karena air wudhu tadi.

"Sayang, ayo tidur saya udah ngantuk," ajak Alif sembari mengucek salah satu matanya dengan punggung tangan. Tak lupa dengan bibir yang manyun.

"Tumben ngajakin tidur biasanya ngajakin berantem mulu," sarkas Alin. Alif sudah tak sabar akhirnya mengangkat tubuh Alin ala koala dan menidurkannya di ranjang empuk. Alin yang sudah terbiasa oleh kelakuan Alif yang tiba-tiba mengangkatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)On viuen les histories. Descobreix ara