40♡

14.9K 1.1K 80
                                    

Hollaaaa...
Gausah lama², lgsg baca aja:)

***

Sesampainya di kamar mereka, Alif menurunkan Alin di ranjang empuk mereka. Alin menatap Alif dengan tatapan kesal. Sedangkan Alif, pria tampan itu menghela nafas panjang. Alif meletakkan kunci mobil serta motornya di nakas

Alif juga melepas jaket kulitnya hingga menyisakan kaos oblong putih dan celana hitam panjang.

Setelah selesai ia duduk di pinggir ranjang. Alin malah memalingkan wajahnya kearah lain. Tangannya pun ia lipat di depan dada. Alif mendekat secara perlahan. Pergerakan Alif tentu membuat jantung Alin serasa tak aman. Tapi gengsinya lebih besar dari itu.

Ketika Alin ingin bergeser, Alif dengan cekatan memeluk pinggang Alin dan menyandarkan kepalanya di bahu Alin. Ia mendusel-duselkan wajahnya di ceruk leher Alin.

Alin bergerak memberontak di dalam dekapan paksunya. Tapi mendadak ia diam karena merasakan bahunya basah. Punggung Alif juga terlihat bergetar. Tak lama keluarlah suara isakan dari bibir Alif.

"Hikss... Hiks..."

Alin mengerutkan keningnya. Apakah suaminya kembali menangis?

Alin berusaha melepaskan duselan Alif. Alif tak memberontak, ia mendongakkan kepalanya menatap Alin dengan bibir bergetar dan hidung merah serta mata yang sembab karena menangis.

"Loh kok nangis?" panik Alin.

"Ka-kamu diemin sa-ya hiks. Ka-kamu ga mau ngo-mong sa-ma sa-ya. Pada-hal saya pengen peyuk kamu hiks..." rengek Alif. Alin mengulum bibirnya sendiri. Ia merasa gemas sendiri jika Alif sedang dalam mode bayi seperti ini.

"Astaghfirullah, iya-iya maaf ya aku ga punya maksud buat diemin kak Alif. Kak Alif juga sih kenapa harus pisahin aku sama Bang Kana. Orang aku masih mau di peluk Bang Kana," ujar Alin membela diri. Tak lupa dengan tampang tengilnya Alin menggoda bayi besarnya itu. Bukannya mereda, tangisan Alif semakin menjadi-jadi.

"Jahat hikss... HUAAAAAA UMIII ISTRI CANTIKNYA ALIF JAHAT HIKSS..."

Alin semakin gemas dengan kelakuan bayi besarnya itu. Sebisanya ia mencoba untuk tenang agar bayi besarnya tidak teriak. Alin mengusap serui tebal Alif. Lalu membawa Alif ke dalam pelukannya lagi. Tapi, Alif justru menjauh seperti tak mau disentuh oleh Alin.

Alin tentu tak kehabisan ide. Ia mengusap perutnya. "Kecebongnya baba, liat deh baba kamu ngambek tuh. Bilangin gih sama baba, jangan ngambek-ngambek mulu nanti mama ga mau peluk pas mau tidur," ujar Alin.

Alif mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menatap Alin lalu turun ke perut istrinya. Alif pun langsung berhambur ke pelukan Alin, lebih tepatnya ke perut Alin. Posisi Alif telungkup dengan wajah mendusel-dusel di perut Alin.

"Baba ga ngambek kok, baba cuma kecel aja sama mama kamu," ujar Alif. Alin terkikik geli. Ia mengambil ponsel Alif yang diletakkan di nakas. Tau apa yang akan dilakukan oleh Alin? Tentu saja memotret suaminya.

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now