14♡

20.5K 1.5K 9
                                    

Lanjoottt...

Saya tidak punya riwayat penyakit jantung tapi jantung saya selalu menggila ketika didekat kamu
(Alif Muhammad Naufal Azhar)

***

"Alif, mau dibawa kemana Alinnya?" tanya Umi Ana.

"Keatas mi', assalamualaikum," pamit Alif lalu melangkah kakinya menuju kamar Alin. Alin melototkan matanya. 'Wtf!!! Bisa-bisa gue jebol hari ini juga.' batin Alin.

Ketika mereka sudah berhadapan dengan pintu kamar Alin. Alif dengan mudah membukanya. Alin terus meronta-ronta meminta diturunkan.

'Ceklek'

"AAAA BUNDAAA! TOLONGIN ALINNNN!!"

"HUAAAA GUEE GA MAU DIUNBOXING SEKARANGG!"

Teriakan Alin menggema diseluruh sudut kamarnya. Untung saja kamar Alin kedap suara. Jadi para tamu dibawah tidak akan mendengar suara melengking Alin.

"HUAAA OM-OM PEDO TURUNIN GUEEE!"

Alif melototkan matanya ketika Alin menyebutnya dengan sebutan 'om-om pedo'. 'Niat diunboxing kali nih cewe.' batin Alif.

Alif membaringkan Alin di kasur queen sizenya. Lalu pergi menutup pintu. Alin kelabakan, jantungnya terasa ingin loncat ke luar tubuhnya.

"Kamu manggil saya apa tadi?" tanya Alif sembari mengungkung Alin. Alin sudah ketakutan jika ia akan diunboxing sekarang juga.

"O-om-om pe-pedo," kawab Alin terbata-bata.

"Kenapa kamu manggil saya seperti itu?" tanya Alif mengintimidasi tapi dari wajahnya terlihat tenang namun terkesan dingin.

"Em... Karna... Eee." Alin tak tahu harus menjawab apa. Ia takut Alif marah.

"Karna apa hm?" tanya Alif sekali lagi.

"Karna tiba-tiba aja lo gendong gue didepan orang banyak. Trus lo juga ngungkung gue kaya gini. Gimana gue ga mikir kalo lo om-om pedofil kaya dinovel-novel," jelas Alin dengan komuk cemberut tapi juga menahan ketakutannya sendiri. Alif terkekeh lalu melepaskan Alin dalam kungkungannya.

'Huh.'

Helaan nafas lega keluar dari bibir mungil Alin. Tapi tak berselang lama Alif kembali mendekatinya.

"Heh m-mau ng-ngapain?" tanya Alin dengan terbata-bata.

"Tadi kamu nantang saya bekap mulut kamu," ujar Alif.

"Lo j-jangan m-macem-macem!"

"Saya tidak macam-macam hanya satu macam saja." Pandangan Alif tertuju pada bibir Alin yang berwarna pink natural.

Alin peka langsung saja membekap mulutnya sendiri. Alif tersenyum lebar, ia berhasil membuat Alin menutup mulutnya sendiri. Kerja cerdas akan lebih menguntungkan dari kerja keras. Otak encer Alif yang memulai ide itu.

Alif pun mengusap puncak kepala Alin dengan lembut. "Saya tidak akan memaksa kamu memberikan hak saya. Saya akan tunggu sampai kamu siap. Mengerti habibati?"

My Destiny Is You (TELAH TERBIT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ