Orkestra Tanpa Konduktor

33 2 2
                                    

Aku telah menyusun satu ensemble majestik tentang cerita kita; tentang tiap-tiap bait puisi yang kita tuliskan untuk satu sama lain, lengkapnya dengan setiap perkusi dan reed instruments, tiap-tiap section leader dengan nota-nota muzik yang lengkap terisi tiap bar dan stavenya; ensemble teragung tentang kita.

Namun, ada satu yang tidak lengkap dalam semua. Baton itu terduduk kemas di kerusi depan seorang konduktor, yang kosong tanpa penghuni untuk berdiri dan melambai mengikut rentak di skor di hadapannya, yang kian berhabuk dihinggapi kenangan yang tidak bertuan.

Aku hanya mampu duduk di barisan hadapan di dalam dewan yang separa kosong, yang rata-rata diisi dengan mereka-mereka yang matanya putih seluruhnya, hanya duduk memenuhi ibarat pelakon-pelakon yang dibayar untuk duduk membatu, hanya menjadi pemenuh ruang yang sepatutnya kosong.

Di mana silapnya, bila mana konduktor yang sepatutnya ada hilang apabila melihat skor yang aku susun sebaiknya. Jadi tinggallah aku sebagai komposer yang tiada hala tuju, melihat orkestra itu memainkan ensemble yang hancur menjadi debu.

AKU: Seorang Yang GagalWhere stories live. Discover now