Kadangkala, aku tertanya tentang tugas Tuhan; bila mana tercatatnya semilir yang membuai itu, adakah ianya terus akan sampai di belakang telinga, lantas membisikkan perihal harapan; atau ianya adalah badai yang menghempas ganas di pelipis kepala, lantas meributkan perihal kekecewaan?
Kerna pada malam ini, aku merasakan semilir dan badai yang bersimpangan; terus-terusan mencacah luka yang kupingnya tidak akan hilang meski dicuci dengan embun yang duduknya di terusan teruna. Tiap kali ia singgah di kuping-kuping itu, maka tetaslah kembali dan timbullah titisan darah yang sedari dulu cuba untuk aku sembunyikan.
Dan tatkala itulah turunnya petikan timpani dari langit yang suram; membawa pula berita-berita tentang entah siapa, dilapik butiran lapis lazuli yang retak ditengah dengan tulisan-tulisan tentang marabahaya; tiap-tiap rekahan di atasnya bertuliskan tinta-tinta dari Sana, tentang ratu-ratu dan raja-raja yang kehilangan takhta.
Aku melihat pantulan muka di atas air yang disangka tenang, dan melihat mahkota di atas kepala yang telah retak dengan serpihan di keliling; permatanya makin pudar dan sedikit demi sedikit ditelan usia; dan mungkin sudah terlalu lambat untuk aku sedar, bahawa raja yang kehilangan takhta itu sedang berdiri di tempat bayang.
YOU ARE READING
AKU: Seorang Yang Gagal
Short StoryAKU: Seorang yang Gagal adalah kompilasi puisi, cerpen dan catatan tentang kehidupan seorang 'Aku' yang entah apa yang dicarinya.
