Chapter 1 : Serial Killer (Part 1)

8.5K 506 14
                                    

.
.
.
Happy reading
.
.
.

Beberapa tahun sebelumnya...

Siang itu matahari cukup terik sehingga rasanya kulit dapat terbakar jika terlalu lama terkena sinarnya.  Di sana, di bawah pohon yang rindang, seseorang tengah duduk bersandar pada batang pohon tersebut. Ia sibuk menyantap makan siangnya sambil sesekali menyeka peluh yang keluar berlebihan karena suhu udara yang lebih tinggi dari biasanya.

Matanya tak berkedip sedikitpun, menatap dua rekan setimnya yang tengah beradu mulut sedari tadi. Bahkan ketika menyuapkan makanan atau mengambil minum, tak sekali pun ia alihkan pandangannya dari pemandangan menarik di depannya itu.

Yah, sebenarnya apa yang ia lihat saat ini sudah menjadi makanannya sehari-hari. Pertengkaran kecil antar dua orang rekan setimnya itu sudah sering terjadi. Tapi walau begitu, ia menikmati ketika dua orang berlainan jenis kelamin di hadapannya itu adu mulut seperti ini. Entahlah, hanya saja menurutnya itu memperlihatkan betapa akrab kedua orang di depannya ini.

"Hey kalian, sudahlah. Berhenti bertengkar." sebuah suara menginterupsi pertengkaran kecil itu.

Mitsuki menoleh ketika melihat Konohamaru yang baru saja datang.

Konohamaru menghela napas, lalu mengambil tempat duduk di samping Mitsuki. Ia mengambil air minum, lalu meminumnya beberapa teguk. Peluh terlihat mengucur di pelipisnya, mengingat ia baru saja kembali dari kantor Hokage. Cuaca hari ini memang sangat panas.

Konohamaru menghela napas lagi ketika dilihatnya dua orang yang ia tegur tadi masih saja saling melempar kata-kata dan tatapan tajam. Kenapa sih kedua muridnya ini selalu saja bertengjar karena hal sepele.

"Mitsuki, kenapa kau tidak melerai mereka dari tadi?" tanyanya

Mitsuki tersenyum tipis, seperti yang biasa ia lakukan. Entah apa maksud dari senyumnya yang selalu misterius itu. Tak ada yang tahu.

"Mereka tidak akan mendengarkanku sensei."

Konohamaru menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Boruto, Sarada, sudah cukup hentikan. Kenapa kalian tidak pernah bisa akur sih?"

"Justru menurutku mereka terlihat sangat akrab jika seperti ini sensei." ucap Mitsuki masih dengan senyumannya.

"Yang benar saja!" sahut keduanya serempak.

"Benar kan? Kalian jadi semakin kompak." ucap Mitsuki

"Mitsuki!" teriak keduanya lagi yang hanya dibalas dengan senyuman oleh yang bersangkutan. Sadar bahwa lagi-lagi mereka berucap secara bersamaan, mereka pun saling membuang muka.

Knohamaru memijit pelipisnya pelan. "Sudah, sudah. Cukup kalian berdua. Berdebat seperti itu tidak akan ada habisnya. Kalian bukan anak kecil lagi, kan?"

Sarada menghela napas lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sensei benar, berdebat dengan bocah ini tidak ada gunanya."

"Siapa yang kau sebut bocah hah?!"

"Memangnya siapa lagi kalau bukan kau?!"

"Apa kau bilang?!"

Perempatan siku muncul di dahi Konohamaru. Apa lagi yang harus ia lakukan agar kedua muridnya ini bisa akur?

"Oh iya sensei. Tadi kau terburu-buru pergi ke kantor hokage. Ada apa?" tanya Mitsuki tiba-tiba.

Konohamaru menoleh. "Oh itu..."

"Apa ada misi penting untuk kita -ttebasa? Misi rank S misalnya?" tanya boruto bersemangat.

"Apa benar sensei?" timpal Sarada. Manik onyxnya berbinar.

To Love and Heal (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang