Chapter 34 : Proof of Loyalty

3K 355 48
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan KOMENTAR yaa^^

Don't be SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mungkin karena terlalu terbawa dalam perbincangan serius di antara mereka, kedua orang gadis yang tengah berseteru itu tak menyadari jika suara shower yang semula bergemirisik dari dalam kamar mandi kini tak terdengar lagi. Ya, di sana, di dalam kamar mandi, Chouchou mendengar semuanya. Sejak awal Sumire mengungkit soal perginya Boruto dari desa, provokasi yang dilakukan gadis itu pada Sarada, hingga balasan Sarada pada Sumire yang rupanya sanggup membuat gadis ungu itu bungkam.

Chouchou mendengar semuanya. Tak ada yang luput dari pendengarannya. Kini ia tengah bersandar di balik pintu dengan pikiran yang tak tentu. Apa... ia baru saja mendengar pertengkaran dua orang gadis yang memperebutkan satu lelaki yang sama? Ia pikir yang seperti itu hanya ada di dalam drama saja. Tapi ternyata kini sungguh terjadi di depan matanya.

Tapi dari pada itu, ia tak habis pikir dengan yang baru saja dilakukan Sumire. Maksudnya, gadis itu tentu boleh dengan bebas menyukai siapa pun, mau Boruto atau lelaki lainnya juga tidak apa-apa, itu bukan urusannya sama sekali. Chouchou tak menyalahkan Sumire yang jatuh cinta oada Boruto. Tapi, Chouchou tidak bisa membenarkan apa yang baru saja Sumire lakukan. Terlihat sekali bahwa mantan ketua kelasnya itu seolah berusaha menghancurkan kepercayaan Sarada pada Boruto dengan kata-kata provokasinya itu. Sumirr... apa... gadis itu memang berencana untuk menghancurkan hubungan Sarada dan Boruto dengan cara seperti ini? Tapi ia tahu mantan ketua kelasnya itu bukan orang yang selicik itu.

Chouchou menggeram pelan. Tidak, ia tidak bisa membiarkan ini. Ia tidak bisa membiarkan hubungan pertemanan teman-temannya hancur gara-gara hal ini. Sarada sahabatnya, tapi Sumire juga temannya. Ia tidak mau dengan kejadian ini malah membuat kedua temannya itu saling menjauh dan malah bermusuhan.

Ingatkan dia untuk berbicara empat mata dengan Sumire setelah ini. Setidaknya ia harus sedikit menasehati temannya itu agar tidak bertindak terlalu jauh.

***

"Tujuan kita selanjutnya adalah sebuah desa berteknologi tinggi yang berjarak beberapa puluh kilometer dari sini." ucap seorang pria bertubuh besar dengan jubah hitam yang membalut seluruh tubuhnya. Ia tengah duduk di sebuah kursi besar layaknya singgasana di tengah ruangan. Di hadapannya, beberapa orang yang memakai jubah serupa tengah berdiri.

"Bukan Konoha?" tanya salah seorang pria berjubah yang berada di ujung paling kiri.

Pria bertubuh besar itu menggeleng. "Kita simpan itu untuk nanti. Ada hal yang harus dilakukan terlebih dahulu."

"Kudengar, desa itu juga mendirikan sebuah laboratorium alat ninja sains, seperti Konoha. Benar, kan?" tanya seorang dengan postur tubuh yang terlihat seperti seorang wanita di sana. "Jadi, apa yang harus kita lakukan di sana."

Sang pimpinan perkumpulan itu menyeringai. "Apalagi? Tentu saja mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milik kita."

***

Malam itu, Kawaki baru saja pulang dari laboratorium setelah melakukan uji coba pada peralatan ninja sains yang baru diciptakan. Sebenarnya ia tidak sendiri. Ada Shikadai, Mitsuki, dan Inojin bersamanya tadi. Tapi beberapa saat yang lalu, mereka berpisah di persimpangan jalan, karena Shikadai dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke salah satu restoran yang berjarak tak jauh dari laboratorium. Kawaki menolak ikut dengan alasan tidak lapar. Ia lebih memilih untuk pulang lalu segera mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

To Love and Heal (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang