Chapter 21 : One Step Closer

3.8K 434 42
                                    

Jangan lupa tinggalkan ⭐(vote)️ dan 💬 (komentar) ^^

Don't be a SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.

"Sayang sekali kami tidak bisa mengusir Urado. Sepertinya kalian harus menutup dan menghancurkan mansion itu seperti yang diamanatkan oleh kepala keluarga terakhir."

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah pembakaran dengan menggunakan api. Memurnikan dengan membakar habis seluruh bagian di mansion itu. Denga itu, diharapkan Urado benar-benar dapat musnah selamanya. Setelah diumumkannya keputusan final dari kedua belah pihah, baik Konohamaru dan sang kepala desa, maka misi yan g mereka emban ini pun akhirnya berakhir. Sebenarnya belum benar-benar berakhir. Masih ada satu hal yang harus dilakukan. Misi lain dadi hokage ketujuh.

"Aku mengerti. Dan untuk hal yang Matsuyama-san janjikan sebelummya. Orang yang bersangkutan sedang tidak berada di desa saat ini. Kemungkinan baru akan kembali nanti malam. Menginaplah lagi untuk malam ini. Aku sudah menyediakan tempat yang bisa kalian tinggali. Anak buahku akan mengantarkan kalian ke sana."

Setelah mengucapkan itu, Shinichi Kudo selaku kepala desa pamit undur diri.

***

Setelah meletakkan sebuket bunga lili di atas dua batu nisan itu, Sarada pun mempertemukan ujung-ujung jarinya satu sama lain, dan menempelkan kedua tangannya di depan dada. Berdoa.

Pada dua batu nisan tersebut terukir dua nama yang tidak asing lagi baginya. Atsugi Maruo dan Izuni Naoko. Walau baru dikenalnya selama beberapa hari, kepergian mereka yang begitu mendadak dan dengan cara yang tragis, membuat hati Sarada terluka.

Walau sebenarnya ia tak harus selalu bertanggung jawab atas setiap nyawa yang gugur di depannya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa dalam hati kecilnya ia menyalahkan  dirinya yang tak bisa melakukan apa pun saat semua itu terjadi. Ia berpikir bahwa jika saja dirinya lebih kompeten, mungkin ia bisa mencegah semua ini terjadi. Tapi sekali lagi, ia bukan tuhan yang bisa mengatur jalannya kehidupan.

Lalu... Mengenai Atsugi Maruo dan Izuni Naoko, kepala desa berbaik hati membiarkan kedua mendiang untuk bisa dimakamkan di desa ini. Belakangan baru Sarada ketahui, bahwa baik Atsugi Maruo maupun Izuni Naoko, selama ini keduanya hidup sebatang kara, tanpa keluarga. Keduanya bahkan tak memiliki desa untuk menetap. Selama ini mereka hidup berkelana. Naoko bersama dengan senseinya, Megumi. Atsugi bersama tuannya, Tsurugi Hiro. Oleh karena itu, Megumi dan Tsurugi Hiro memilih untuk memakamkan keduanya di desa ini.

Setelah mengetahui perjuangan hidup yang berat dari kedua mendiang, Sarada merasakan hatinya kembali sakit, karena bahkan di akhir hidup mereka pun, Naoko dan Atsugi harus mengalami rasa sakit. Seakan pahitnya kehidupan mereka selama di dunia ini belum cukup, pada saat ajal menjemput pun disertai dengan kepedihan.

"Sudah kuduga, ternyata kau memang di sini."

Tanpa perlu menoleh, sebenarnya Sarada sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan bocah kuning yang memiliki deretan gigi pada cengiran khasnya. Sarada berbalik. Tersenyum tipis padanya.

"Kenapa kau selalu tahu aku ada di mana."

Itu terdengar lebih seperti pernyataan dari pada pertanyaan. Boruto balas tersenyum, tapi tidak lebih tipis darinya.

To Love and Heal (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن