Chapter 14 : There is No Way to Turning Back

3.4K 408 40
                                    

.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.

Sarada tidak pernah berpikir bahwa setelah pembicaraan mereka kemarin, mereka bisa kembali seperti dulu lagi. Sebaliknya, sepanjang malam tadi ia justru membayangkan bagaimana suasana canggung yang akn meliputi mereka saat bertemu keesokan harinya. Tapi Boruto mematahkan pemikirannya itu. Saat mereka bertemu pagi ini, lelaki itu menyapanya dengan cengiran lebar seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Wajah lelaki kuning itu terlihat riang. Seakan tak ada beban, berbeda dengan dirinya.

Sepanjang hari, lelaki itu tak sedikit pun menyinggung topik pembicaraan mereka kemarin. Ia bahkan berbicara dengan santai pada Sarada, mengajak gadis itu berdebat akan hal-hal kecil seperti yang biasa mereka lakukan.

Sarada tidak yakin bagaimana harus menanggapi sikap Boruto. Karena itu ia hanya menanggapi seperlunya perkataan Boruto saat lelaki itu mengajaknya bicara. Ia lebih memilih diam, mendengarkan obrolan Boruto dan Mitsuki di sela-sela latihan mereka.

Harusnya ia lega, bukan? Karena kini mereka tak perlu bersikap canggung lagi satu sama lain. Tapi, jujur bukannya kelegaan yang ia rasakan. Ada bagian dalam dirinya yang berdenyut sakit melihat sikap lelaki itu saat ini.

Apakah yang terjadi malam itu memang tidak ada artinya bagi Boruto hingga lelaki itu memintanya untuk melupakan semuanya? Benarkah itu?

"Kau lengah, Sarada!"

Suara Mitsuki membuat Sarada mendongak. Beberapa kunai terlihat melesat ke arahnya. Sontak, ia bergerak menghindar ke atas. Tapi sayangnya sebuah kunai berhasil mengenainya, memberikan goresan kecil di bahunya. Hal itu dimanfaatkan oleh Mitsuki, segera saja ia melesat kembali ke hadapan Sarada dan menendang gadis itu hingga sedikit terpental ke belakang.

Sarada menggeram. Sial! Ia terlalu terhanyut pada pikirannya hingga kehilangan fokus pada pertarungan ini. Tanpa menunggu lagi, gadis itu segera bangkit. Matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan bocah ular itu.

Saat itu Sarada tak sadar bahwa Mitsuki kini sudah berada di belakangnya. Tangan lelaki itu bergerak hendak mengarahkan kunai ke lehernya, tapi untungnya Sarada tak kalah cepat. Gadis itu menahan pergelangan tangan Mitsuki, memelintirnya lalu menghempaskan tubuh lelaki itu ke tanah. Tapi Mitsuki tak menyerah begitu saja. Saat sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia menarik tubuh Sarada hingga akhirnya mereka jatuh secara bersamaan. Mitsuki sedikit merintih karena rasa sakit di punggungnya yang baru saja membentur tanah. Ah, sepertinya mereka seri kali ini.

Sudut bibir Sarada terangkat. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya bangkit berdiri. Ia kemudian mengulurkan tangannya pada Mitsuki dan membantunya berdiri.

Mitsuki menerima uluran tangan itu sembari berucap, "Kau sedikit lengah, Sarada. Tak seperti biasanya. Kau sempat melamun di tengah latihan tadi. Apa ada yang menganggu pikiranmu?"

Sarada sedikit terhenyak. Tak menyangka lelaki di depannya ini menyadari ketidakfokusannya saat latihan tadi.

Baru Sarada akan menjawab saat suara nyaring dari orang yang menjadi penyebab ketidakfokusannya hari ini terdengar memanggil mereka.

"Oi, Sarada, Mitsuki! Sini!"

Dari jauh, Boruto terlihat sedang melambai ke arah mereka. Di sampingnya Konohamaru tengah duduk bersandar di bawah pohon.

"Ayo." Ajak Mitsuki. Mereka pun berjalan menuju tempat Boruto dan Konohamaru berada.

Boruto menyodorkan sebotol minum ke arah Sarada ketika gadis itu sampai di hadapannya. Untuk sesaat Sarada  hanya terdiam. Apa Boruto sungguh-sungguh dengan ucapannya kemarin? Untuk melupakan semuanya dan bersikap seperti biasa? Baiklah. Kalau itu yang dinginkannya, Sarada pun akan melakukan hal yang sama.

To Love and Heal (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang