Chapter 32 : Longing

3K 366 36
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan COMMENT yaa^^

Don't be SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tempat yang menjadi tujuan Sarada saat ini adalah toko bunga milik Yamanaka. Pada misi yang ia jalankan beberapa hari yang lalu, salah seorang temannya terluka, dan tentu saja sebagai teman yang baik, ia harus mengunjunginya, bukan?

Walau sebenarnya bukan luka yang terlalu serius, hanya saja mengetahui bahwa temannya itu tinggal sendirian ditambah ia yang menolak untuk dirawat di rumah sakit, tentunya akan sedikit bagi temannya itu untuk mengurus segala sesuatunya sendiri. Jadi, selama beberapa hari ini, Sarada dengan senang hati selalu menyempatkan diri berkunjung. Terkadang membawa makanan atau hanya sekedar bunga di tangannya.

Ketika sedang memilih bunga mana yang akan ia beli, seseorang berjalan menghampirinya. "Mau menjenguk Mitsuki, ya?"

Sarada menoleh. Inojin ada sana dengan senym tipis di wajahnya. Lelaki itu kemudian ikut berjongkok di sampingnya, matanya menatap bunga-bunga yang tadi sedang dipilih Sarada.

"Begitulah. Kau mau ikut? Kau belum menjenguk Mitsuki sama sekali, kan?" Sarada kembali mengalihkan pandangannya pada bunga-bunga di depannya.

"Mau sih. Tapi kau lihat sendiri aku sedang jaga toko, jadi tidak bisa kemana-mana."

"Memangnya bibi Ino kemana?"

Inojin mengendikkan bahunya. "Entahlah. Tadi pagi-pagi sekali kaa-san pergi dengan terburu-buru. Tidak tahu kemana."

Sarada mengangguk mengerti. Ia lalu berdiri, matanya menatap sekeliling, mencari bunga yang sekiranya cocok untuk Mitsuki. Sesaat kemudian, tatapannya  tertuju pada bunga matahari yang ada di tengah tatanan bunga-bunga itu. Tanpa sadar ia berjalan mendekat, menatap bunga dengan kelopak berwarna kuning cerah itu.

Matahari, ya...

Senyum pahit terukir di bibir Sarada. Mau tak mau, bunga itu mengingatkannya pada seseorang. Seorang lelaki yang memiliki senyuman sehangat matahari, yang sejak dulu selalu menyinari hari-harinya. Tapi, kini tidak lagi. Setelah... lelaki itu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.

"Inojin, aku beli yang ini, ya." Sarada berucap dengan datar.

Inojin menatap Sarada dengan tatapan sendu. Saat menyadari arah pandang Sarada, saat itu pula ia tahu yang tengah dipikirkan gadis itu. Ya, semua orang tahu, bunga matahari itu identik dengan Boruto.

Inojin tahu, selain keluarga Boruto, Sarada adalah orang yang paling terpukul atas kepergian lelaki itu. Tentu saja, setelah selalu bersama-sama sejak mereka kecil, juga berada pada tim yang sama, ditambah kini status mereka adalah sepasang kekasih, pastinya kepergian Boruto menjadi pukulan telak bagi dirinya.

Ia tahu itu. Walau gadis itu tak pernah menunjukkan emosinya pada siapa pun.

"Baiklah. Tunggu sebentar."

***

Sarada mengerjap saat melihat orang membukakan pintu apartemen Mitsuki adalah Kawaki. Ia mengernyit heran. Apa Mitsuki dan Kawaki memang sedekat ini untuk saling mengunjungi satu sama lain?

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now