Epilog

5.3K 416 80
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Boruto pulang.

Uzumaki Boruto telah kembali. Kemunculannya yang tiba-tiba itu mematahkan kabar yang beredar mengenai kematiannya.

Lelaki itu berjalan di sisi Uchiha Sarada, tampak memasuki gerbang desa Konoha. Beberapa jounin yang bertugas menjaga gerbang terpaku di tempatnya. Butuh beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar bahwa yang mereka lihat itu nyata. Mereka lalu bergegas mengirimkan pesan pada hokage mengenai apa yang mereka saksikan

Begitu memasuki desa, sorot mata terkejut sekaligus tak percaya dari para warga desa tertuju pada Boruto. Putra sulung hokage itu ternyata masih hidup. Uzumaki Boruto telah kembali dalam keadaan baik-baik saja dan raga yang masih bernapas.

Boruto hanya melemparkan senyuman tipis pada orang-orang yang mereka jumpai sepanjang jalan menuju kantor hokage. Ia bisa mengerti raut terkejut yang tampak di wajah semua orang di sana. Bayangkan kau telah dinyatakan mati, tapi lalu tiba-tiba suatu hari kau muncul kembali dan mengatakan 'hai semua, aku masih hidup, loh'. Siapa coba yang tidak terkejut jika dihadapkan pada hal semacam itu?

Boruto menggigit bibirnya. Jika reaksi warga desa saja seperti ini, apalagi keluarga dan teman-temannya. Ia mungkin buia membuat mereka terkena serang jantung dengan muncul mendadak seperti ini.

Tiba-tiba ia merasa gugup. Saat bertemu dengan keluarga dan teman-temannya nanti, ia harus bagaimana? Ia harus mebgatakan apa? Bagaimana jika... mereka tak menginginkan kehadirannya lagi? Seperti yang dikatakan Sarada beberapa hari lalu saat ia memutuskan untuk muncul di hadapan gadis itu. Boruto mendadak gelisah memikirkan semua itu.

Kantor hokage telah terlihat di ujung jalan sana. Dan rasa gugupnya mulai membesar.

Tapi saat sebuah tangan menggenggam lembut tangannya, kegugupan dan kegelisahannya sirna, digantikan oleh rasa hangat yang menjalar di dadanya.

Boruto menoleh. Sarada tersenyum menatapnya. "Kau merasa gugup?"

Boruto menggigit bibirnya lalu menundukkan kepalanya. Tanpa mendengar jawabannya pun, Sarada bisa tahu dari gerak-gerik lelaki itu.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya akan baik-baik saja. Mereka semua pasti akan sangat senang melihatmu." Sarada tersenyum lembut.

Kata-kata Sarada membuat Boruto merasa sedikit lebih tenang. Bahunya yang tadinya menegang itu kini sudah sedikit lebih rileks. Boruto mengeratkan genggaman tangannya, sedikit meremas. Dengan tatapan teduh, ia berucap, "Terima kasih."

Langkah mereka semakin dekat dengan kantor hokage. Tapi, jarak beberapa meter dari tempat itu, langkah mereka terhenti, saat melihat seseorang yang tak asing di sana.

Seorang gadis bersurai indigo tampak terpaku di tempatnya. Sebuah buket bunga yang berada di tangannya terjatuh begitu saja ketika sang empunya membawa kedua tangannya ke mulutnya. Matanya terbelalak dengan pupil yang melebar.

Di sisi lain, Boruto tak bergeming sama sekali. Tidak yakin harus melakukan apa. Tapi sorot matanya menyorotkan kerinduan yang mendalam. Sosok gadis berambut indigo itu lalu menyebutkan sebuah kata. Kata yang sangat Boruto rindukan.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now