Chapter 36 : Declaration of War

2.9K 354 22
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan KOMENTAR yaa^^

Don't be SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kawaki menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan Boruto. Di depannya, Boruto berdiri dengan tangan terkepal. Matanya menatap nyalang. Sedetik kemudian, lelaki kuning itu kembali mencengkram kasar kerah bajunya.

"Sialan!" serunya sambil kembali melayangkan pukulan di wajah Kawaki bertubi-tubi.

Menerima semua pukulan itu, Kawaki tak ada niat sama sekali untuk menghindar atau membalas. Beberapa saat kemudian, sebuah rasa asin yang familiar dirasakan oleh indra pengecapnya. Darah. Wajahnya kini telah babak belur. Darah mengucur bukan hanya dari sudut bibirnya, melainkan dari hidungnya juga. Walau begitu, ia hanya diam tanpa sedikitpun berniat menghentikan orang yang tengah memukulnya dengan membabi buta itu.

Melihat tak ada perlawanan dari lelaki di depannya ini, Boruto berhenti. Ia memundurkan tubuhnya sedikit dan baru menyadari jika wajah Kawaki kini telah dipenuhi lebam dan darah. Ia hendak melepaskan cengkramannya dari baju lelaki itu ketika tiba-tiba ia mendengar kekehan pelan dari Kawaki disertai dengan senyum miring yang muncul di wajah lelaki itu.

Boruto menggeram tertahan. "Kau pikir ini lucu?"

Kawaki mendengus. Dengan senyum miring, ia berucap, "Tak ada hal yang lebih lucu daripada melihat dirimu yang frustasi seperti ini, bodoh."

Boruto mengangkat tangan kanannya lagi, hendak melayangkan pukulan lain. Tapi lalu gerakannya terhenti di udara.

"Kenapa berhenti? Ayo pukul. Pukul aku. Jangan hanya diam saja. PUKUL AKU SIALAN!"

Alih-alih memukulnya, Boruto malah melepaskan cengkramannya pada baju Kawaki dengan kasar hingga membuat tubuh lelaki itu terbentur tanah dengan cukup keras. Dengan napas yang terengah, Boruto menatap Kawaki dengan nyalang. Amarah sangat jelas terlihat di sorot matanya.

"Pengecut." teriak Kawaki sambil berusaha bangun.

"Apa? Pengecut kau bilang?" nada suara yang digunakan Boruto terdengar dingin.

"Harusnya kau berkaca! Kau yang pengecut! Mencium kekasih orang lain. Kalau bukan pengecut, apalagi namanya?!" teriaknya dengan tatapan yang nyalang.  Amarah terlihat jelas bersamaan dengan iris birunya yang menggelap.

Boruto memejamkan matanya, berusaha menahan emosinya yang semakin meluap. Tapi ia malah teringat kembali pada sesuatu yang menjadi alasannya menghajar Kawaki saat ini. Perkataan lelaki berambut mohawk itu beberapa saat yang lalu kembali terlintas.

"Aku mencium Sarada."

Sial!

"Apa kau tahu bagaimana rasanya? Manis. Manis sekali."

Sial. Sial!

"Ah tentu saja. Kau juga sudah pernah merasakannya, bukan?"

"Apa kau yakin tidak ada lelaki lain lagi yang pernah dicium olehnya? Kalau melihat reaksinya yang diam saja saat aku menciumnya sih, kau harus meragukan hal itu."

Sialan! Bajingan sialan!

Boruto kembali mengepalkan tangannya erat. Rahangnya mengeras. Ingin rasanya ia merobek mulut lelaki di depannya yang telah lancang mencium Sarada dan berbicara seolah-olah Sarada adalah gadis murahan. Ingin ia mencabik-cabik mulut kotornya itu dan menghancurkan tubuhnya hingga hancur berkeping-keping.

To Love and Heal (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang