Chapter 24 : Soreness

3.6K 397 16
                                    

Jangan lupa tinggalkan ⭐(vote)️ dan 💬 (komentar) ^^

Don't be SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Boruto terengah-engah. Tangannya menggenggam erat sebuah kunai. Pandangannya terhalangi oleh kabut asap yang muncul entah dari mana. Ia menggeram. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Padahal sampai beberapa saat yang lalu suasana di sekitar mereka masih cukup tenang. Tidak ada tanda-tanda bahaya akan mendekat. Tapi kini mereka malah terseret pada sebuah pertempuran yang bahkan mereka sendiri tidak tahu siapa yang mereka lawan.

"Tunjukkan dirimu pengecut!"

Boruto berteriak ke segala penjuru. Tak satu pun ia temukan keberadaan teman-temannya di sekitarnya. Kemana yang lain? Apa mereka masih di sini? Belum sempat Boruto berpikir, sebuah kunai melesat ke arahnya. Tapi tentu saja dapat ia tangkis dengan mudah. Tapi tidak sampai situ, seseorang langsung menyerangnya dari belakang, membuat Boruto dengan segera berbalik dan menahan katana orang itu dengan kunainya.

Boruto mendecih. "Muncul juga kau."

Dengan satu sentakan, Boruto berhasil memukul mundur orang itu. Orang berjubah hitam itu tidak tinggal diam, ia segera melancarkan serangan kedua, tapi lagi-lagi berhasil ditangkis oleh Boruto. Saat itu, tanpa membuang waktu lagi, Boruto segera melancarkan serangan balasan. Ia menendang perut orang itu hingga terlempar dan menabrak pohon di belakangnya lalu jatuh ke tanah.

Pada saat yang bersamaan, tanah yang ia pijak terasa bergetar dan terdengar suara pukulan keras tak jauh darinya. Kabut asap pun segera menghilang. Dan bisa Boruto lihat, jarak beberata meter darinya, tanah telah terbelah. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan Sarada.

Sebuah seringai tersungging di sudut bibir Boruto. Dalam hati mengakui kalau kemampuan gadis itu memang mengerikan. Tak jauh di depan Sarada, orang yang dilawannya tadi terkapar tak berdaya. Segera saja Boruto berlari menghampiri gadis itu.

"Kau tidak apa-apa, Sarada?"

Sarada mengangguk.

"Sebenarnya mau apa orang-orang ini? Tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba menyerang kita seperti ini -ttebasa."

"Entahlah. Tapi, aku punya firasat buruk soal ini. Tetap waspada Boruto. Kita belum tau jumlah musuh yang kita hadapi ada berapa." Sarada mengaktifkan Sharingannya sambil melihat sekitar. Aneh. Ia tidak merasakan adanya aliran chakra lain kecuali chakranya dan tim 7. Apa musuh menyembunyikan chakra mereka?

"Baiklah. Bersiap pada posisi, Sarada."

Boruto dan Sarada saling berdiri memunggungi satu sama lain. Dalam posisi siaga, pandangan mereka menyapu sekitar, kalau-kalau ada serangan mendadak dari musuh.

Tiba-tiba seseorang muncul di depan Sarada dengan sebuah kunai di tangannya. Dengan sharingannya, Sarada mampu membaca gerakan orang itu. Segera saja ia menghindar lalu mencengkram pergelangan tangan musuhnya itu hendak membantingnya. Tapi orang berjubah hitam itu tak kalah cepat menepis cengkraman Sarada. Ia hendak menendang perut Sarada tapi Sarada sudah lebih dulu mengepalkan tangannya dan meninju rahangnya. Ia terpukul ke atas lalu jatuh membentur tanah.

"AAKHH!"

Mendengar teriakan Boruto, Sarada berbalik. Matanya melebar saat melihat sebuah katana menancap di dada Boruto. Belum sempat ia mencerna yang terjadi, tubuh Boruto lalu menghilang disertai asap yang mengepul. Ternyata bunshin.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now