Chapter 22 : Confession

4.7K 461 88
                                    

Jangan lupa tinggalkan ⭐(vote)️ dan 💬 (komentar) ^^

Don't be a SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sepanjang jalan, Sarada terus merutuki perbuatannya barusan. Apa yang dia pikirkan, sih?! Bisa-bisanya main sosor begitu! Bagaimana jika Boruto malah menganggapnya gadis yang aneh? Tapi, tapi, lelaki itu juga pernah mencoba menciumnya kan? Beberapa minggu yang lalu, di taman Konoha. Ia masih ingat dengan jelas yang terjadi hari itu.

Sarada tersenyum miris. Walaupun Boruto sudah memintanya untuk melupakan semuanya, tapi mau bagaimana pun juga Sarada tetap tidak bisa lupa. Atau lebih tepatnya tidak mau. Ia sama sekali tak berusaha sedikit pun untuk melupakannya. Lagipula, bagaimana ia bisa lupa saat-saat ia hampir dicium oleh lelaki yang dicintainya? Walau ia pernah berusaha menampiknya, tapi saat itu, saat Boruto hendak menghapus jarak si antara mereka, ia tak mengelak sedikit pun, ia tak berusaha mencegahnya. Ia bahkan turut memejamkan matanya, membiarkan Boruto melakukan apa yang hendak dilakukannya. Saat itu ia sempat bingung kenapa dirinya membiarkan lelaki itu hendak menciumnya. Tapi, seiring berjalannya waktu, Sarada tidak mau lagi menampik kenyataan. Ia tak mau lagi membohongi perasaannya sendiri. Sudah waktunya ia jujur, bukan?

Masako benar. Sudah waktunya ia berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti terjadi. Seperti yang biasa ia lakukan, seharusnya ia maju dengan semangat tanpa terganggu oleh resiko-resiko yang muncul nantinya. Karena selama ini, ia berusaha memendam perasaannya sendiri dan yang ada malah membuat luka dihatinya semakin besar karena jutaan asumsi tak berdasar yang ia buat sendiri.

Tapi kini sudah ia putuskan. Ia tidak akan mundur lagi. Ia tidak akan melarikan diri lagi. Apa pun yang terjadi nanti, ia akan menghadapinya. Walau itu kemungkinan terburuk sekali pun.

Sarada menggigit bibir bawahnya. Ya, meski mungkin nanti kenyataan yang ia dapat tidak seperti yang diinginkannya, ia tetap harus berjuang, kan? Yang penting ia sudah berusaha. Semoga saja kali ini usahanya itu tak mengkhianatai dirinya.

***

Boruto masih di sana. Berdiri termemung di sisi danau, masih dengan degup jantungnya yang menggila, akibat perbuatan Sarada padanya. Tangannya masih menempel di pipinya, tempat di mana bibir mungil Sarada berlabuh beberapa yang lalu. Memejamkan matanya, Boruto menggeram memikirkan betapa lembut yang ia rasakan saat benda kenyal itu menyentuh pipinya.

Lelaki bersurai kuning itu mengusap wajahnya gusar. Apa yang dilakukan Sarada tadi rupanya memberi pengaruh yang besar padanya. Jujur saja, walau hanya berlangsung selama beberapa detik, hal itu mampu membuat jantungnya menggila. Ia bahkan merasa tak rela saat Sarada menarik dirinya menjauh. Ada kehampaan yang tiba-tiba ia rasakan saat itu. Ia ingin... bibir mungil Sarada menciumnya sedikit lebih lama. Ia ingin... yang menjadi tempat berlabuh bibir gadis itu bukan pipinya, tapi... bibirnya. Ia ingin merasakan bibir merona milik Sarada dengan bibirnya sendiri.

Mengacak rambutnya kasar, lelaki itu mengeluarkan helaan napas gusar. Ia memikirkan apa sih. Padahal hari sudah menjelang sore, sinar matahari sudah tidak seterik sebelumnya, tapi kenapa tiba-tiba ia merasa sangat panas saat ini, terlebih pada wajahnya. Terlebih saat ia memikirkan keinginannya untuk mengecup bibir gadis itu, wajahnya terasa terbakar.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now