Chapter 15 : Rival

3.3K 402 40
                                    

.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Seorang lelaki dengan gaya rambut yang tak biasa terlihat tengah berjalan melewati gerbang desa Konoha. Seiring langkah kakinya membawanya memasuki desa, kilatan-kilatan memori akan waktu yang telah ia habiskan di tempat ini dua tahun lalu seketika bermunculan. Walau saat itu itu baru tinggal sebentar di desa, tapi cukup banyak hal yang bisa ia ingat dari tempat ini.

Lelaki itu tersenyum, sangat tipis. Wajah rupawannya terlihat meneduh. Tak bisa dipungkiri ada rasa hangat yang membuncah di dadanya. Ada perasaan rindu juga pada tempat ini. Satu-satunya tempat yang membuatnya merasa diperlakukan seperti seorang manusia. Bukan alat.

"Hei..."

Langkahnya terhenti saat suara yang familiar menyapa pendengarannya. Bersamaan dengan itu, sosok berkepala kuning menyembul dari balik pepohonan. Seringai tipis terlihat di wajahnya.

"Lama tak berjumpa... Kawaki..."

Kawaki mendengus. Sama sekali tak terkejut dengan kehadiran sosok itu. Sesaat kemudian sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Boruto, eh?"

Boruto mendekat.

"Sudah cukup lama aku tak melihat kepala kuning bodohmu itu." seru Kawaki, dengan nada suara sedingin mungkin. Tapi walau begitu, pada raut wajahnya berbanding terbalik. Bibirnya berkedut menahan senyum.

Seringai tipis yang tadi terlukis di bibir Boruto seketika. Sudut bibirnya tertarik ke bawah. Mencebik kesal. Ia memandang bosan lelaki di depannya.

"Kau masih saja betah dengan kata-kata menyebalkanmu itu -ttebasa." gerutunya.

Kawaki sedikit memringkan kepalanya. "Aku jadi penasaran, sudah sejauh mana kemampuanmu setelah kutinggal."

"Yang pasti kau masih jauh di bawahku."

"Benarkah?" Kawaki tersenyum miring.

Boruto kembali menyeringai.

"Kita buktikan saja sekarang."

Dengan itu beberapa kunai tiba-tiba menerjang Kawaki dari suatu tempat. Tapi berkat rekfleks bagus lelaki itu, ia dapat dengan mudah menghindar. Boruto lalu melesat dengan cepatnya ke arah Kawaki. Berusaha memukul kawan lamanya itu dengan pukulannya. Tanpa tinggal diam Kawaki pun segera bergerak menghindar. Kini berganti ia yang melancarkan serangan. Dipukulnya rusuk kiri Boruto hingga lelaki itu sedikit terpental.

Kawaki tertawa sinis. "Heh. Segitu saja kemampuan-"

Puuff

Kawaki berdecih. "Jadi dari tadi itu bunshin..."

Ia melihat sekitar. "Bersembunyi dibalik bunshin, eh Boruto? Dasar pengecut."

Boruto lagi-lagi muncul dari balik pohon. Kali ini dengan cengiran khasnya. "Hehe. Masih terlalu cepat seribu tahun bagimu untuk mengalahkanku, Kawaki."

Kawaki hanya mendecih.

"Kita lanjutkan di tempat lain."

"Di tempat biasa?"

Boruto mengangguk.

Puuff

Lalu bunshinnya menghilang seketika.

Kawaki mendecih. "Bunshin lagi."

***

Kawaki menghempaskan tubuhnya di atas hamparan rumput. Peluh mengucur dari pelipisnya. Nafasnya tak beraturan. Baju yang ia kenakan terlihat sedikit robek di beberapa bagian. Jangan lupakan juga goresan-goresan luka di tubuhnya. Ya, semua itu hasil dari pertarungannya beberapa saat yang lalu.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now