Chapter 4 : Serial Killer (Part 4)

3.9K 434 51
                                    

.
.
.
Happy Reading
.
.
.

Sarada menatap ke arah dua insan yang tengah bercengkrama tak jauh dari tempatnya berdiri. Seorang gadis bersurai ungu dan seorang lelaki bersurai kuning. Matanya menyipit tiap kali gadis itu terlihat menyentuh tangan sang lelaki yang dibalas dengan tepukan pelan di bahunya oleh lelaki itu. Jangan lupakan senyuman ceria yang terus terpatri di wajah lelaki itu.

Ya, Sumire baru saja bangun  beberapa saat yang lalu. Sarada entah harus bernapas lega atau tidak. Ia harusnya  berterima kasih pada gadis itu memang, karena berkatnya suasana canggung diantaranya dan Boruto setelah beberapa jam tidak alg bicara bisa berakhir. Tapi melihat kedua orang itu yang sekarang sedang dengan asyiknya mengobrol membuatnya merasa sedikit diacuhkan. Atau hanya perasaannya saja mungkin?

"Sarada-chan..." panggilan lembut itu membuat lamunannya buyar seketika. Ia pun menatap asal suara yang memanggilnya itu. Sumire sedang tersenyum manis padanya.

"Terima kasih sudah menemaniku semalaman. Dan maaf karena aku telah merepotkanmu. Kau pasti lelah sekali ya?" ucap Sumire. Tatapannya terlihat menyesal. Ia merasa tak enak karena harus merepotkan temannya.

Sarada tersenyum tipis mendengarnya. "Tidak apa-apa, inchou. Aku tidak keberatan sama sekali. " ucapnya seraya berjalan mendekat ke arah Sumire lalu duduk di sebelah kiri ranjang. Kemudian ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya lembut.

"Kau ini seperti pada siapa saja, tak usah sungkan padaku. Kita kan teman." lanjutnya. Matanya menatap lurus pada iris ungu mantan ketua kelasnya itu dengan senyum tipis terlukis dibibirnya. Dan dalam sekejap mantan ketua kelasnya itu merona.

"Huaaa... S-Sarada-chan jangan menatapku seperti itu." ucap Sumire lalu melepaskan genggaman tangan Sarada dan memegang pipinya yang terasa panas. Entah kenapa ia jadi merasa malu ditatap seperti itu oleh Sarada.

Boruto hanya diam mengamati kedua gadis itu. Ia kemudian meraih buah apel di atas meja yang sudah dikupas Sarada tadi. Bukan, ia mengambilnya bukan untuk Sumire, tapi untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba ia merasa lapar. Dan ia merasa jika obrolan antara kedua gadis ini akan berlangsung cukup lama da ia sama sekali tidak tertarik akan hal itu.

Sarada mengerjap lalu sesaat kemudian terkekeh melihat tingkah mantan ketua kelasnya itu. Sumire memang temannya yang sangat manis. Ia jadi merutuki dirinya yang tadi malam sempat kesal pada gadis bersurai ungu itu. Padahal Sumire tak melakukan kesalahan apa pun padanya. Hah, sepertinya ia terlalu terbawa perasaan tadi malam.

Tunggu dulu.

Eh?

Terbawa perasaan... maksudnya?

"Inchou kau memang tidak pernah berubah. Kau memang gadis yang manis. Tak heran banyak lelaki yang menyukaimu." ucap Sarada. Ia sedikit menoleh pada Boruto yang tengah melahap apelnya dalam diam. Lelaki itu sedikit mengangguk samar di akhir kalimat Sarada.

"Tentu saja, para lelaki pastinya menyukai gadis yang manis bukan? Mana ada yang suka gadis yang kasar seperti seseorang yang kukenal." seru Boruto dengan mulut penuh apel.

Sarada menggembungkan pipinya. Ia tahu dengan jelas siapa gadis yang dimaksud Boruto itu. Tapi untuk kali ini ia akan mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan putra hokage ketujuh iti.

"S-Sarada-chan..." Sumire tiba-tiba melepas tangannya dari pipinya lalu beralih menyentuh tangan Sarada, kali ini menggenggamnya lebih erat. Matanya menatap tajam iris onyx milik Sarada.

Sarada sedikit tersentak melihat perubahan reaksi dari gadis di depannya itu. A-apa ia mengatakan sesuatu yang salah? Pasalanya mantan ketua kelasnya itu saat ini terlihat sangat menyeramkan.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now