Chapter 41 (End) : To Love and Heal

7.6K 493 97
                                    

Jangan lupa tinggalkan VOTE dan KOMENTAR yaa^^

Don't be SILENT READERS, okay?😉

Setidaknya tinggalkan jejak🙃

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sarada mematung.

Ia merasa dunia sedang mempermainkannya.

Apa lagi ini?

Apakah lagi-lagi ini hanya sebuah mimpi? Seperti yang dialaminya beberapa bulan yang lalu?

Tapi... Tapi ini terasa rerlalu nyata baginya untuk ukuran sebuah mimpi belaka. Sarada bahkan tak perlu mencubit dirinya sendiri untuk tahu bahwa ini bukanlah mimpi. Ini nyata.

Sarada tidak pernah lupa mata biru itu bahkan setelah bertahun-tahun berusaha melupakannya. Setetes air mata jatuh dari matanya. Sarada tidak bisa menjelaskan perasaan yang ia rasakan saat ini, apakah ia harus memeluk lelaki di depannya ini atau membunuhnya karena telah membuatnya menunggu terlalu lama. Setelah bertahun-tahun berlarut dalam penantian, satu hal yang tidak ia mengerti saat ini.

Napas Sarada tercekat.

Boruto ternyata masih hidup. Ia saat ini berdiri di depannya dengan kondisi masih bernapas. Tapi... kenapa baru sekarang? Kenapa harus menunggu tiga tahun lamanya untuk kembali?

Seketika Sarada merasa bodoh. Mengapa ia bisa begitu bodoh? Ia menunggu dan terus menunggu lelaki ini untuk kembali. Tapi pada akhirnya, sepertinya Boruto memang tak berniat kembali padanya.

Tanpa mengatakan apa pun, Sarada melangkah mundur lalu pergi dari sana. Ia bisa merasakan tubuh Boruto yang membeku saat ia berjalan melewati lelaki itu. Tapi ia tidak peduli. Ia tidak mau peduli lagi. Sarada tiba-tiba merasa marah. Ia merasa dirinya telah dipermainkan.

Setelah menghilang begitu saja, bahkan dianggap mati oleh semua orang, lalu muncul kembali secara tiba-tiba. Bagaimana bisa Boruto mempermainkannya seperti ini?

Sarada berjalan semakin jauh hingga ia sampai kembali di depan balai pengobatan. Saat ia menoleh ke belakang, Boruto tak di sana. Lelaki itu bahkan tak mau repot-repot menghentikan atau mengikutinya. Jadi benar, kan? Boruto memang tak berniat kembali padanya. Lelaki itu bahkan tak melakukan usaha sedikit pun untuk mencegahnya pergi atau menjelaskan apa yang terjadi selama tiga tahun ini.

Air mata yang sedari tadi ia tahan air akhirnya terjatuh. Ada rasa sakit bersamaan dengan amarah yang membludak di hatinya. Rasanya ia mampu meluluhlantahkan tempat ini dengan pukulannya karenanya.

Saat ia sadar bahwa dirinya mulai menjadi perhatian orang-orang di sekitarnya, Sarada mengusap kasar air matanya dengan punggung tangannya lalu melangkah masuk ke balai pengobatan.

Walau ia tidak yakin bisa fokus berkeja saat ini, tapi ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja.

***

Waktu menunjukkan pukul 9 malam ketika Sarada menyelesaikan pekerjaannya. Ia beranjak dari tempatnya lalu membereskan kembali mejanya yang terlihat berantakan dengan beberapa kertas dan peralatan medis lainnya. Ia telah selesai meneliti jenis racun dari tubuh para warga. Tinggal sedikit lagi hingga ia selesai membuat penawarnya.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now