Chapter 19 : The Bloodstained Labyrinth (Part 3)

2.6K 386 39
                                    

.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Setelah melapor pada polisi, mereka semua kini berkumpul di ruang tengah. Megumi-sensei, Matsuyama Eiji dan Tsurugi Hiro pun ada di sana bersama mereka.

"Jenazah yang kalian temukan mungkin salah satu dari orang yang hilang dua bulan lalu. Polisi sedang berusaha mengidentifikasinya. Aku... sungguh tak menyangka... hal ini bisa terjadi..." ucap Matsuyama. Tatapannya kosong, masih tidak percaya bagaimana bisa hal mengerikan seperti itu terjadi di mansion ini.

"Sebenarnya aku benci mengatakan ini, tapi... dengan ditemukannya jenazah orang tadi, aku rasa tidak ada yang menjamin bahwa... orang-orang yang hilang lainnya masih hidup." lirih Konohamaru.

Megumi bangkit dari duduknya. "Apa kau mau bilang kalau Naoko-san juga sudah meninggal?!"

Konomaharu memejamkan matanya. "Ya. Dan mungkin Atsugi-san juga."

Megumi terlihat terhuyung di tempatnya. Sarada segera berlari ke arahnya dan menahan tubuhnya yang hampir jatuh lalu menuntunnya untuk duduk kembali. "Megumi-sensei..." lirihnya sambil mengusap-ngusap pelan bahu wanita itu.

"T-tapi, tubuh yang ditemukan itu berasal dari dua bulan yang lalu. Jadi, aku yakin Naoko-san hanya tersesat di suatu tempat." ucap Megumi parau.

Konohamaru menggeleng pelan. "Itu tidak mungkin. Ruangan itu benar-benar tertutup dari luar. Kecuali jika ada manusia yang bisa menembus dinding. Aku menduga bahwa mereka di bawa ke sana melalui distorsi ruang dan waktu atau semacamnya."

"Tapi... Apa kita hanya akan diam saja seperti ini? Kita harus tetap mencari mereka, bukan? Tsurugi-san kenapa kau diam saja? Rekanmu juga telah menghilang. Apa kau tidak ingin menemukannya?!" seru Megumi.

Tsurugi Hiro hanya terdiam. Terduduk di salah satu kursi di sana. Pandangannya kosong.

"Jika yang kalian katakan sebelumnya itu memang benar... maka, yang kita hadapi ini adalah monster. Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana... aku..." Tsurugi terlihat sangat terpukul.

Masako menghela napas pelan. Lalu menatap semua orang satu persatu. "Aku pikir, sebaiknya kalian pergi dari sini. Aku juga... akan pergi... Kita harus meninggalkan tempat ini."

Semua orang terkejut.

"A-apa maksudmu Masako-san?" tanya Boruto. Matanya memandang tak percaya pada wanita itu. "Bukankah kita harus melakukan sesuatu? Pasti ada cara untuk mengalahkan monster itu -ttebasa."

"Kita tidak bisa melakukan pengusiran arwah padanya, karena ia sudah bukan lagi arwah. Dia tetap bergentayangan selama ini bukan karena ia ingin membalaskan dendam. Tapi ia hanya ingin memperpanjang hidupnya. Dia... setan... iblis... youkai... dia monster semacam itu, Boruto. Aku tahu cara mengusir arwah, tapi aku tidak tahu caranya mengalahkan monster. Mustahil untuk melakukan pengusiran." jelas Masako dengan pandangan sendu.

"Tapi kan-"

Konohamaru menarik bahu Boruto, menahannya untuk berbicara lagi. "Hara-san benar. Ini diluar batas kemampuan kita. Jutsu yang kita miliki sekalipun tidak akan bisa mengalahkannya. Itu karena dia bukan manusia. Dia adalah makhluk tak kasat mata."

Boruto menunduk. Menatap lantai kayu di bawanya. Tangannya mengepal. Perkataan Konohamaru memang benar. Tapi ia benci saat tidak ada yang bisa ia lakukan dan hanya berdiam diri seperti ini.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now