Extra Chapter Part 2

4.2K 421 77
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi-pagi sekali di kediaman Uchiha, telah terdengar kegaduhan di sana. Sarada berlari dengan tergesa menuju kamar mandi di kamarnya saat rasa mual dirasakannya. Setelahnya, terdengar suara orang yang memuntahkan isi perutnya di sana. Beberapa saat kemudian, Sarada keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat dan tak bertenaga.

"Apa aku sakit?" gumamnya. Ia kembali berbaring di tempat tidur. Kemudian ia menyentuh dahinya. "Tapi tidak panas." herannya. "Lalu kenapa? Apa karena kebanyakan makan ya? Jadinya mual."

Pintu kamarnya lalu tiba-tiba diketuk.

"Masuk." jawab Sarada tanpa menoleh.

Sageki muncul dari balik pintu. "Nee-chan. Sudah bangun? Ayo tulun. Salapan sudah siap." ucapnya cadel.

Sarada terkiki mendengarnya. Ah astaga, adiknya ini memang menggemaskan. Dengan cepat ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Sageki yang masih berdiri di ambang pintu. Tangan Sageki terangkat ke arah Sarada minta digendong. Sambil berusaha menahan rasa gemasnya, Sarada pun meraih tubuh Sageki, menggendongnya dan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.

Ia memang baru saja memuntahkan isi perutnya barusan, dan perutnya memang terasa tidak enak sejak bangun tadi, tapi masakan lezat ibunya tak bisa ia tolak. Hmm. Bahkan dari tangga saja ia sudah bisa mencium aroma masakan Sakura.

***

Boruto melangkah dengan semangat menuju kediaman Uchiha untuk menjemput Sarada. Sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa minggu ini, untuk mengantar jemput Sarada dari rumahnya menuju gedung hokage. Saat mengetahui bahwa Sarada tengah melakukan pelatihan langsung di bawah bimbingan ayahnya utnuk menjadi hokage yang baru, Boruto merasa bangga. Akhirnya gadis itu semakin dekat pada mimpinya. Hanya tinggal sedikit lagi, hingga akhirnya mimpinya bisa terwujud.

Saat sampai di kediaman Uchiha, wajah pucat Sarada saat membuka pintu membuat Boruto terkejut. "Sarada! Kau sakit? Wajahmu pucat sekali." Ia lalu melangkah maju, menyentuh dahi gadis itu. "Tapi tidak panas."

Sarada menepis lembut tangan Boruto lalu tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Boruto. Ayo berangkat. Aku tidak mau terlambat."

"Kau yakin tidak mau istirahat saja hari ini? Kau-"

"Nii-chan!"

Ucapan Boruto terhenti karena suara melengking seorang bocah. Bocah itu menerjangnya dengan pelukan, membuat Boruto tertawa kecil karenanya.

"Sageki! Kau merindukanku?"

Anak berusia lima tahun itu mengangguk. "Aku kangen nii-chan."

"Huhu. Aku juga merindukanmu." ucao Boruto mendramatisir lalu berlutut hingga sejajar dengan Sageki dan membalas pelukan anak itu.

Sarada lalu memutar bola matanya bosan. "Oh ayolah. Kemarin kan kalian baru bertemu."

"Tapi kan, kemarin itu sudah lebih dari 12 jam. Dan 12 jam itu lama nee-chaannn..." sahut Sageki yang hanya dibalas dengan dengusan oleh Sarada.

"Ayo Boruto, aku sudah terlambat."

Boruto melepaskan pelukannya dari Sageki lalu kembali berdiri. "Kau yakin?"

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now