Chapter 8 : Flowers

4.2K 450 13
                                    

.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Esoknya, Sarada akhirnya diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Dan sesuai janji yang ia buat kemarin dengan Boruto, mereka kini sedang berjalan beriringan menuju tempat yang Sarada maksud.

Hari itu cuaca sangat cerah, seolah menyiratkan bahwa hari-hari damai telah kembali. Setelah beberapa minggu ini masyarakat desa dibuat resah dengan kehadiran pembunuh berantai. Kini kejadian itu telah berlalu, dan keresahan di hati para warga desa pun mulai sirna.

Boruto diam-diam memperhatikan gadis bersurai hitam di sampingnya. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin. Langkah gadis itu juga terlihat ringan. Sepertinya kondisi gadis itu sudah jauh lebih baik dari kemarin. Walau entah kenapa tapi Boruto merasa sorot mata gadis itu menyiratkan sesuatu, seolah ada kesedihan di sana.

Boruto menghentikan langkahnya ketika mendadak Sarada terdiam di depan sebuah toko bunga yang terlihat tak asing bagi mereka.

Boruto mengernyit. Itu toko bunga milik ibunya Inojin. Kenapa Sarada berhenti di tempat ini?

"Tunggu sebentar."

Belum sempat Boruto bertanya, Sarada sudah melenggang nasuk ke toko bunga itu meninggalkan dirinya yang memandang gadis itu bingung.

Boruto bisa melihat Sarada dengan jelas dari balik dinding kaca toko bunga itu. Gadis itu terlihat sedang berbicara dengan wanita yang ia ketahui sebagai ibunya Inojin.

Tak lama kemudian gadis itu keluar dari toko dengan tiga buah buket bunga ditangannya. Boruto jadi bertanya-tanya benarnya apa yang direncakan Sarada?

Melihat gadis itu yang terlihat sedikit kerepotan membawa bunga-bunga itu, Boruto pun melangkah mendekat, mengambil dua buket bunga dari tangan gadis itu.

"Kita mau kemana, sih?"

Sarada hanya tersenyum tipis. "Nanti juga kau tahu."

***

Boruto tertegun saat melihat kemana Sarada membawanya. Tempat ini...

Sarada melangkah perlahan, meninggalkan dirinya yang masih terdiam. Langkah gadis itu terhenti di depan sebuah batu nisan. Ia meletakkan sebuah buket bunga di atas batu nisan itu.

Dari balik punggung Sarada, Boruto bisa melihat sebuah nama yang tidak asing terukir pada nisan itu. Isumi Akari. Ya, seorang perempuan yang menjadi korban pertama pembunuhan berantai.

Deg

Hati Boruto berdenyut perih ketika menyadari maksud Sarada mengajaknya ke sini. Gadis itu pasti sudah memikirkan hal ini sejak kemarin. Sejak kemarin Boruto selalu bertanya-tanya kenapa ekpsresi rekan setimnya itu selalu terlihat sedih sejak kemarin. Padahal seharusnya ia senang karena akhirnya pelaku pembunuhan itu tertangkap.

Tapi sekarang ketika ia menginjakkan kaki di tempat ini, akhirnya Boruto mengerti.

"Maaf baru datang sekarang, Akari-san."

Suara gadis itu terdengar pilu.

"Sebelumnya aku tidak punya keberanian untuk datang ke sini. Aku tidak punya muka untuk menemuimu, sementara pelakunya masih berkeliaran dengan bebas di luar sana."

Bahu gadis itu terlihat sedikit berguncang.

'Apakah ia menangis?' batin Boruto sedih.

"Dan maaf karena butuh waktu yang lama untuk menangkap orang yang telah melakukan ini padamu."

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now