Chapter 3 : Serial Killer (Part 3)

4.2K 475 20
                                    

.
.
.
Happy Reading
.
.
.

Sarada bersandar pada jendela di belakangnya, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Sudah empat jam berlalu semenjak gadis itu di bawa ke rumah sakit, tapi belum ada tanda-tanda ia akan siuman.

Sarada kemudian mengalihkan pandangannya pada rekan satu timnya yang masih dengan setia menunggui gadis bersurai ungu itu di sampingnya. Terlihat gurat khawatir di wajah lelaki itu. Sorot matanya juga menyiratkan hal yang sama.

Walaupun sejak tadi lelaki itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tapi Sarada bisa mengetahui apa yang tengah dirasakannya. Sarada menyadari ekspresi berbeda dari lelaki itu. Dan entah kenapa hal itu sedikit mengusiknya. Ada rasa tidak nyaman yang muncul entah karena apa.

"Kalian tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja."

Suara lembut Sakura membuat perhatian Sarada akhirnya teralihkan. Ia mengerjap ketika melihat ibunya sudah berada di sampingnya, entah sejak kapan ibunya masuk ke ruangan ini, ia tidak menyadarinya.

Boruto bangkit dari duduknya lalu menghadap ke arah Sakura. "Tapi kenapa Sumire belum bangun juga, bibi?" tanyanya cemas.

Segala ekspresi lelaki bersurai kuning itu tak luput dari penglihatan Sarada. Bukannya apa-apa, tapi bukankah Boruto agak sedikit berlebihan? Tadi malam saja lelaki itu menolak untuk meninggalkan Sumire dan malah menyuruh teman-teman yang lain untuk pulang. Padahal tadi Wasabi dan Namida sudah bersikukuh agar mereka saja yang menemani Sumire. Ia tahu Boruto hanya khawatir. Tapi... Ah entahlah.

Bukan berarti Sarada tidak peduli terhadap mantan ketua kelasnya itu, hanya saja toh tidak ada luka sedikit pun di tubuh Sumire. Dan lagi mantan ketua kelasnya itu bukan orang yang selemah itu. Rasanya tidak perlu sampai mengkhawatirkannya sampai seperti ini.

'Astaga! Ada apa denganmu Sarada?!' pikirnya. Ia merutuki dirinya yang malah berpikir yang tidak-tidak. Mau Boruto khawatir berlebihan atau tidak pun bukan urusannya, kan?

Sarada menggigit bibirnya. Ada yang aneh dengan dirinya akhir-akhir ini dan ia tidak tahu apa itu.

Sebelah alis Sakura terangkat ketika melihat putri semata wayangnya yang seperti sedang memikirkan sesuatu. Apa ada hal yang sedang mengganggu pikiran putrinya?

"Bibi Sakura?" panggilan dari Boruto membuatnya mengalihkan pandangan kembali ke arah lelaki itu.

"Sebentar lagi juga ia akan bangun. Obat bius yang kutemukan di dalam tubuh Sumire sepertinya cukup kuat hingga membutuhkan beberapa waktu agar ia bisa bangun kembali." ucap Sakura. Ia kemudian menoleh lagi ke arah Sarada. Menepuk pundaknya pelan dan memberinya senyuman hangat. Entah masalah apa yang sedang dihadapi putrinya itu tapi ia yakin Sarada bisa mengatasinya sendiri.

"Kalau begitu aku keluar dulu. Panggil aku jika Sumire sudah bangun." ucap Sakura sambil berlalu dari sana.

Boruto kembali pada lamunannya. Pikirannya saat ini hanya satu yaitu menunggu Sumire bangun dan mendengar penjelasan tentang kejadian semalam dari gadis itu. Ia memang sudah mendengar kronologinya dari Wasabi, tapi ia merasa ia harus mendengarnya langsung dari Sumire. Ia berpikir bahwa dengan mendengar cerita dari sudut pandang Sumire akan memberinya sebuah petunjuk. Karena meski setelah mendengar penjelasan dari Wasabi, ia merasa ada satu hal yang mereka lewatkan. Pasalnya mantan ketua kelasnya itu adalah ninja yang cukup hebat. Hal itu ia akui ketika kejadian dulu di mana Sumire hampir menghancurkan desa. Jadi, mana mungkin Sumire bisa diserang semudah ini sampai membuatnya tak sadarkan diri? Terlebih lagi oleh seorang warga biasa.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now