Extra Chapter Part 4

4.7K 413 105
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tiga bulan berlalu dan Sarada kini tengah menjalankan tugas khususnya di luar desa. Hari-hari yang ia lewati cukup padat dengan segala aktivitasnya yang menggunung. Walau begitu, secara rutin ia dan Boruto masih saling menyempatan diri untuk bertukar kabar lewat pesan, telepon atau video call. Namun, tetap saja terasa berbeda dengan bertemu secara langsung, bukan?

Karena itu, Sarada senang bukan main saat mendapat kabar bahwa ia diberi libur selama tiga hari. Ia ingin mengatakan kabar ini pada Boruto, tapi ia mengurungkan niatnya itu. Biarlah menjadi kejutan. Segera saja ia menyusun rencana mengenai apa saja yang akan ia lakukan selama tiga hari itu. Hari pertama akan ia habisakan bersama keluarganya. Hari kedua bersama teman-temannya. Dan hari terakhir ia simpan khusus untuk Boruto. Semuanya terdengar dempurna.

Sarada tersenyum memikirkan bagaimana reaksi Boruto saat melihatnya pulang nanti. Lelaki itu pasti senang. Ia akan membuat hari itu menjadi hari yang tak terlupakan bagi mereka. Ia telah memikirkan hal-hal apa yang yang akan mereka lakukan bersama nantinya. Pergi ke bioskop bersama, jalan-jalan ke taman, makan eskrim, dan masih banyak lagi. Pokoknya hari itu akan jadi hari yang menyenangkan.

Tapi lalu di sinilah ia berada. Harapannya itu pupus begitu ia menginjakkan kakinya di depan gerbang desa Konoha. Jarak beberapa meter di depannya, Boruto ada di sana. Bukan untuk menyambutnya, melainkan untuk pamit. Dari pakaian yang dikenakan lelaki itu, dan topeng yang dipakai diwajahnya, Sarada tahu bahwa Boruto akan pergi misi. Tapi diantara semua hari, kenapa harus tepat di hari kepulangan Sarada?

Sarada tak mau bersikap egois. Ia tahu ini pun bukan keinginan Boruto. Maka begitu Boruto telah melangkah mendekat ke arahnya, Sarada hanya tersenyum. "Apakah kau akan pergi misi?" Bukannya menjawab, Boruto malah terdiam. Lelaki itu memakai seragam anbu lengkap dengan topeng bercorak hewan yang menjadi ciri khas seorang anbu.

Perlahan Boruto melepas topengnya. Menatap matanya dengan tatapan menyesal. "Sarada... maaf. Aku tidak tahu kalau kau kan akan pulang." ucap lelaki itu kemudian.

Sarada memejamkan matanya lalu menggeleng. "Kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang salah karena tidak mengabarimu sebelumnya." Sarada mencoba tersenyum walau lebih kelihatan seperti senyum yang dipaksakan. "Aku mengerti. Aku baik-baik saja. Pergilah, Boruto. Dan kembalilah dengan selamat."

Dengan hati yang terasa kosong, Sarada menatap punggung Boruto yang semakin lama semakin menjauh. Ya, lelaki itu pergi. Sarada berusaha mengenyampingkan perasaan kecewa dalam dirinya. Tapi tetap saja rasa itu muncul kembali ke permukaan. Mendadak semua hal yang telah ia rencanakan sebelumnya, terasa tak menarik lagi untuk dilakulan.

Selama tiga hari masa liburnya, ia habiskan dengan hanya berdiam diri di rumah.

***

Setelah sebelumnya ia belajar banyak hal dari Sunagakure, dan Iwagakure, kini Sarada tengah berada di Kirigakure. Mempelajari segala tetek bengek urusan pemerintahan dari berbagai negara adalah hal yang cukup merepotkan tapi juga menyenangkan baginya. Ada berbagai macam hal baru yang ia temui selama berada di Sunagakure dan Iwagakure. Dan ia yakin, di Kirigakure pun banyak hal baru yang menantinya. Belum lagi ia bisa bertemu teman lamanya di desa itu.

Sarada tak bisa menahan senyuman di bibirnya saat mengingat bahwa terakhir kali ia berkunjung ke desa ini, ia hanya seorang siswa akademi, tapi sekarang ia berkunjung sebagai calon hokage. Betapa waktu berlalu begitu cepat.

Ketika Sarada melintas di sebuah jalan menuju gedung Mizukage, sebuah tempat menarik perhatiannya. Itu...  saat study tour dulu, ia duduk sendirian di sana sambil memandang laut. Tapi itu tak berlangsung lama, karena beberapa saat kemudian seseorang berjalan menghampirinya, menawarkan sebuah cumi-cumi panggang padanya, dan duduk di sebelahnya. Ya, orang itu adalah Boruto.

To Love and Heal (Completed)Where stories live. Discover now