Menjemput

36.8K 1.2K 1
                                    

Setelah pulang dari rumah Alya, Alesha tak langsung pulang. Seharusnya rumah adalah tempat ternyaman kita. Tapi.bagi Alesha, sekarang rumahnya bagaikan neraka. Terasa panas di hati Alesha saat melihat kedua wanita yang kini tinggal dirumahnya. Itulah alasannya Alesha kini berada di cafe seorang diri.

Alesha hanya melamun sambil meminum-minuman bersoda. Sudah hampir satu jam lebih Alesha berada di cafe ini. Sedikit demi sedikit pelanggan cafe mulai berpergian menyisakan Alesha seorang diri dengan minumannya. Ini sudah pukul satu dini hari, sebentar lagi cafe ini akan tutup bahkan pelayan sudah menyuruh Alesha membayar minumannya dan segera pulang.

Alesha mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi WhatsApp, Alesha tersenyum tipis melihat room chat-nya dengan Nolan. Tadi Zea memberikan nomor Nolan padanya. Entah dari mana gadis itu mendapatkannya, Alesha tak bertanya.
Alesha sudah memberikan pesan meminta cowok itu untuk menyimpan nomornya. Tapi yang Alesha dapatkan bukan balasan. Nolan hanya membacanya tidak ada niatan membalas pesannya.

Dengan tidak ragu Alesha menelpon Nolan saat melihat cowok itu tengah online saat ini. Panggilan pertama tidak dijawab, panggilan kedua sama. Panggilan ketiga berbeda, tidak dijawab tapi ditolak.

"Sialan ni cowok!" Gerutu alesha berbicara sendiri. Alesha mengirimkan foto suasana cafe yang sudah sepi. Sebentar lagi tempat ini akan tutup dan Alesha membutuhkan seseorang untuk menjemputnya sebab ia tidak membawa mobil hari ini.

Alesha terus melihat-lihat room chat-nya dengan Nolan. Beberapa menit Nolan baru membaca pesannya. Alesha menunggu karena melihat Nolan yang sepertinya sedang mengetik.

"Lo dimana?" Nolan jelas akan bertanya seperti itu saat melihat kirim foto dari Alesha. Di jam seperti ini, gadis itu masih berada diluar seorang diri.

Alesha tersenyum tipis saat melihat balasan pesan dari Nolan. Alesha diam masih memikirkan jawabannya tapi Nolan malah menelponnya. Hampir saja Alesha melempar ponselnya kerena terkejut.

"Lo dimana? Tanya Nolan di sebrang sana.

"Kenapa?Lo mau jemput gue?" Tanya Alesha.

"Tidak." Balas Nolan dingin.

"Kalau gitu ngapain tanya gue lagi dimana!" Ketus Alesha.

"Kalau gak penting gue matiin!" Balas Nolan dari sebrang sana.

"Jangan! Lo gak bisa jemput gue?"

"Gak!"

"Gue sendirian disini, sebentar lagi cafenya bakal tutup. Gue lagi gak bawa mobil ditambah taksi online yang gue pesan di cancel dari tadi." Ujar Alesha sedikit berbohong hanya sedikit sebab semua yang Alesha katakan benar kecuali soal memesan taksi online.

"Lo dimana?"

"Di cafe jalan rite." Jawab Alesha.

"Gue ke sana, Lo jangan kemana-mana."

" Oke, calon pacar." Canda Alesha di akhir telepon.
***

Sampai di cafe tempat Alesha berada, dari jarak yang sedikit jauh Nolan mendapati Alesha sedang berjongkok sambil menatap sepatunya di depan pintu café, gadis itu pasti telah di usir oleh pemilik café. Alesha mendongak saat melihat sepasang Sepatu berhenti di depannya.

“Rumah lo Dimana?” Tanya Nolan sekilas menoleh menatap Alesha yang duduk disampingnya.

“Gue mau ke apertemen Zea.” Jawab Alesha sambil menatap Nolan yang terlihat fokus mengendarai mobilnya.

“Kenapa gak kerumah lo?’

“Gue takut di marahi ayah.” Jawab Alesha santai sambil mengirimkan pesan kepada Zea bahwa ia sedang dalam perjalanan ke rumah gadis itu.

“Seharusnya lo jangan keluar malam kalua takut di marahi.” Balas Nolan.

“Lo pasti gak pernah merasakan malas di rumah padahal orang tua lo ada di sana.”

“Saat ini itu yang gue rasakan.”

Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now