Saudara?

31.1K 1K 13
                                    

"Kak... Aku minta maaf, aku yang salah. Aku gak tahu apapun sama sekali dan ketidaktahuan ku menyakiti hati kakak. Aku sungguh minta maaf.."

"Tolong maafin ayah dan bunda kak. Tolong ikhlaskan semuanya dan lupakan semua masa lalu supaya kakak bisa menjalani hidup dengan damai tanpa dendam lagi. Aku mohon..." Lirih Hana sambil mendekati Alesha.

"Lo gak tahu sehancur apa gue! Lo gak bisa ngerti semua rasa sakit saat kehilangan seseorang yang paling Lo cinta di dunia ini!" Bentak Alesha saat mendengar ucapan Hana yang benar-benar tidak mengerti perasaannya.

"Dan dengan mudahnya Lo minta gue maafin dia?"

***

Nolan menyesali keputusannya menerima ajakan bertemu dengan mamanya. Nolan menatap datar ketiga manusia yang duduk dihadapannya. Saat ini Nolan berada di restoran bersama Alina dan kedua manusia yang terlihat sangat mirip seperti kembar. Hanya saja mereka bukan dua wanita ataupun dua pria, mereka sepasang. Satu pria dan satu wanita yang Nolan tebak sekiranya seumuran dengannya.

"Sayang kenalan dong sama saudara-saudaranya." Ucap Alina dengan senyum manis menatap Nolan.

"Saudara?" Tanya Nolan.

"Mereka ini anak sambung mama, anak dari suami mama sekarang. Kamu pasti bisa tebak! Mereka kembar!"

Wah! Sepertinya ibunya ini sangat bahagia bersama keluarga barunya tanpa memikirkan perasaan Nolan yang ia tinggalkan tiga tahun lalu. Lihat saja dia bahkan dengan sangat antusias memperkenalkan kedua anak tirinya.

Sejak meninggalnya sang adik, Naila Althaf yang meninggal akibat penyakit leukimia tiga tahun yang lalu. Keluarga harmonis yang selama ini Nolan rasakan hilang dalam sekejap. Ibu dan ayahnya sering bertengkar hanya karna sang ayah yang terlalu sibuk. Alina yang terus menerus menyalahkan Arsenio Althaf atas meninggalnya Naila. Kesibukan Arsenio dalam bisnis membuat pria itu tidak ada disaat meninggalnya sang adik dan hal itu membuat kemarahan dalam diri Alina yang menyebabkan mereka sering bertengkar.

"Gue Chelsea!" Ucap gadis manis yang tersenyum lebar dengan tangan yang terulur di depan Nolan.

Chelsea menatap tangannya yang tak kunjung di jabat Nolan. "Nolan." Ucap Nolan singkat sementara Chelsea menarik tangannya yang sama sekali tidak dijabat oleh Nolan.

"Chelvan." Ujar cowok yang duduk di samping Chelsea.

"Okay, sebelum bincang-bincang lebih baik kita makan dulu!" Ucap Alina melirik ketiga anak-anaknya.

"Chelsea setuju! Udah lapar soalnya!" Ujar gadis yang dimata Nolan terlihat kekanak-kanakan.

"Ma, ambil udangnya dong!" Pinta Chelsea menunjuk udang yang berada di samping Alina.

"Nolan mau?" Tanya Alina mendekatkan piring yang ia angkat ke arah Nolan.

"Nolan alergi udang." Ucap Nolan dingin membuat suasana semakin canggung.

"Maaf, mama lupa."

"Tiga tahun mama pergi dan kita sama sekali tidak ada komunikasi. Wajar jika mama lupa." Sindir Nolan.

"Bisa lebih sopan." Ketus Chelvan tidak suka mendengar balasan ucapan Nolan yang membuat mamanya terlihat sedih.

"Kalimat mana yang tidak sopan?" Tanya Nolan dingin.

"Lo gak lihat! Mama tersinggung sama ucapan Lo!" Ketus Chelvan.

"Itu kenyataan!" Balas Nolan.

"Udah-udah, sebaiknya kita makan. Okay!" Ucap Alina menghentikan pertengkaran antara kedua putranya. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar. Melihat Nolan sudah selesai dengan makannya Alina langsung membuka suara.

"Nolan, mama mau bilang kalau Chelvan juga Chelsea bakal pindah ke sekolah kamu. Selama ini kita tinggal di London. Mereka sekolah di London karna urusan bisnis papa mereka. Dan sekarang bisnis papa mereka sedang ada di indonesia. Itu sebabnya mereka pindah sekolah."

"Mama udah daftarkan mereka, dan Chelsea sekelas dengan kamu sementara Chelvan berada di kelas lain. Mama minta  tolong jaga Chelsea selama di sekolah ya." Pinta Alina memberitahukan.

"Terus?" Tanya Nolan.

"Mama cuma mau kalian berteman dan saling menyayangi sebagai saudara. Kalian anak-anak kesayangan mama." Ucap Alina lembut dengan senyum manisnya.

"Mama sangat menyayangi kedua anak tiri mu itu ternyata!" Ucap Nolan menekankan kata anak tiri.

"Sayang..." Ucap Alina lirih menatap sendu Nolan yang berdiri dari duduknya.

"Nolan pulang! Makasih untuk makan malamnya." Pamit Nolan pergi tanpa menunggu jawaban dari Alina.

***

Ingatan Alesha terus berputar tentang hari dimana umurnya genap berusia sepuluh tahun. Kepala Alesha terbayang-bayang kenangan bersama bundanya dan juga kejadian barusan yang membuat Alesha harus kembali mengingat sakitnya ditinggalkan. Mobil Alesha melaju dengan cepat di jalanan yang sepi. Mobil yang tidak Alesha gunakan semenjak ia memutuskan tinggal di apartemen Asher.
Dan tadi Alesha langsung mengambil mobilnya kembali.

Kejadiannya sangat cepat, saat tiba-tiba kucing menyebrang sehingga membuat Alesha mengerem dengan mendadak. Untung saja kucing itu tidak terluka justru kepala Alesha yang terbentur ke steering wheel (setir). Tidak terlalu parah tapi kepala Alesha terluka sedikit yang membuat darahnya keluar.

"Bunda... " Tangis Alesha dengan kepala yang ditidurkan di setir mobil.

"Asha rindu..." Suara Isak tangis Alesha semakin terdengar kuat.

Sementara dari belakang terlihat motor Nolan yang semakin dekat dengan mobil Alesha yang berhenti. Nolan mengenal mobil itu, ada perasaan tidak tenang saat melihat mobil yang sangat Nolan kenal walaupun beberapa hari ini tidak pernah terlihat. Nolan memberhentikan motornya tepat didepan mobil Alesha.

Nolan mendekatkan wajahnya ke kaca dan dibuat terkejut saat melihat Alesha dengan kepala yang berada di setir seperti orang yang tidak sadarkan. Tapi Nolan mengetahui Alesha masih sadar terdengar dari suara Isak tangis.

"Alesha!" Panggil Nolan sambil mengetuk-ngetuk pintu kaca mobil Alesha.

"Alesha! Buka pintunya!" Alesha mendongak menatap raut wajah khawatir Nolan yang sangat kentara. Melihat Alesha berniat membuka pintu Nolan agak menjauh dari pintu.

Nolan bisa melihat wajah Alesha yang terlihat kacau dengan mata sembab juga kepala yang berdarah.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Nolan mendekati Alesha yang masih duduk di kursi mobil.
Alesha benci terlihat menyedihkan di depan orang lain. Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Nolan.

"Apa sakit sekali?" Tanya Nolan menyentuh kening Alesha dengan lembut. Sesaat Nolan berpikir Alesha menangis karena sakit di keningnya.

"Sakit.."

Hai! Apa kabar nih?

Semoga kalian suka part ini.....

Aku sangat-sangat berterimakasih buat kalian yang udah setia nunggu cerita Alesha!

Dan juga makasih buat yang udah vote dan commant!




Alesha (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang