Pahlawan

25.4K 1K 102
                                    

Alesha menghentakkan kakinya kesal lalu keluar dari kelas sambil membawa setumpuk buku tulis. Gurunya yang satu ini benar-benar tidak memiliki hati! Hanya karena Alesha ketahuan makan di jam mata pelajarannya, gurunya itu langsung menghukum Alesha dengan menyuruhnya membawakan buku tulis seluruh milik siswa kelas mereka. Alesha makan setelah ia menyelesaikan tugasnya dan gurunya saat itu sedang berada diluar. Salah Alesha hanya tidak sadar saat gurunya kembali masuk sehingga ia kepergok sedang memakan Oreo.

Setelah selesai mengantar buku mereka ke ruang guru Alesha berniat pergi ke UKS karna jam istirahat sudah berbunyi. Tapi langkah Alesha tiba-tiba berhenti saat matanya menangkap dua sosok manusia yang sedang duduk di kursi panjang pinggir lapangan basket.

Tangan Alesha mengepal saat matanya menangkap Nolan yang menerima botol minum pemberian Hana. Bahkan mata Alesha sampai melotot saat melihat Hana tertawa bahagia bersama Nolan. Bisa-bisanya gadis itu tertawa setelah membuat hubungan seseorang hancur.
Tanpa Hana sadari sikapnya itu membuat rasa benci Alesha semakin membesar terhadapnya.
Baiklah! Alesha kembali dan ketenangan dalam hidup Hana akan berakhir.

***

"Kantin?" Alya menoleh menatap Zea yang juga menatapnya. Setelah lima hari Alesha enggan keluar dari kelas kini gadis itu tiba-tiba mengajak mereka berdua ke kantin dan itu membuat Alya juga Zea bertanya-tanya. Mereka tahu soal Alesha yang putus dengan Nolan. Seluruh sekolah tahu hanya saja mereka tidak mengetahui alasan dibalik putusnya sepasang kekasih itu. Hanya Alya dan Zea yang Alesha beritahu alasan dibalik putusnya ia dengan Nolan.

"Iya! Gue lapar! Kita ke kantin!" Ucap Alesha.

Zea menganggukkan kepalanya semangat lalu menarik tangan Alesha..  "Kita harus cepat keburu baksonya habis!" Heboh Zea.

"Ceritanya gue di tinggal?" Kesal Alya merasa tidak dianggap sebab kedua sahabatnya itu justru berjalan santai tanpa memperdulikan dirinya yang masih tertinggal. Mendengar ucapan Alya sontak kedua manusia itu berhenti dan berbalik kebelakang menatap raut wajah jengkel Alya.

"Sejak kapan sahabat gue yang satu ini baperan?" Ucap Zea menampilkan wajah mengejek membuat tangan Alya mengepal lalu berjalan menuju Zea.

"Bercanda Al!" Ucap Zea sambil tersenyum ketakutan saat Alya sudah berada dihadapannya.

***

Sepertinya seluruh siswa di sekolah ini merasa sangat tenang saat Alesha menghabiskan waktunya di dalam kelas dan tidak membuat masalah. Alesha bahkan bisa melihat Hana makan dengan sangat santainya bersama sahabatnya.  Mereka bahkan tidak sadar saat Alesha memasuki kantin.

"Minggir!" Suara dengan nada tinggi dari Alesha membuat ketiga gadis yang sedang menikmati makannya dibuat terkejut. Bukan tanpa alasan Alesha menyuruh mereka pergi dari tempat yang mereka duduki sekarang. Dulu, tidak ada yang berani menempati meja khusus untuk Alesha bersama sahabatnya. Tapi sekarang, mereka justru berani menempati tempat Alesha.

"Gue bilang minggir! Lo gak dengar?" Bentak Alesha membuat seluruh siswa menatap ke arahnya.

"Maaf kak." Cicit salah satu gadis lalu beranjak dari kursinya diikuti kedua gadis lainnya.

"Tunggu!" Ucap Alesha menghentikan langkah ketiga gadis itu.

Ketiga gadis itu meremas roknya gugup saat menatap wajah datar Alesha. Tangan Alesha mengarah pada piring sisa makanan yang masih berada di atas meja. Dengan raut wajah jijik Alesha melemparkan piring sisa makanan ketiga gadis itu sehingga menimbulkan suara nyaring.

"Bersihin!" Bentak Alesha menunjuk pecahan piring yang berserakan dilantai.
Tanpa menunggu lebih lama mereka bertiga menuruti perkataan Alesha, mengambil pecahan piring dengan tangan yang gemetaran. Untung saja jarak mereka dengan Alesha lumayan jauh sehingga mereka tidak terkena lemparan Alesha.

"Kak!" Teriak Hana sambil berdiri dari kursinya. Semua mata tertuju pada Hana yang berjalan menuju meja Alesha. Hana pernah merasakan di posisi itu, dimana Alesha tanpa perasaan menyuruhnya memakan bakso yang berceceran di lantai. Hana bahkan masih mengingat rasa ketakutan sebab merasa tidak punya kekuasaan untuk melawan Alesha. Terlebih orang-orang hanya diam menyaksikan tanpa berniat membantunya dulu. Dan Hana tidak akan membiarkan semua itu terulang kembali. Dia tidak akan membiarkan Alesha melakukan hal semena-mena lagi terhadap siapapun.

"Jangan di bersihin! Tangan kalian bisa luka!" Ucap Hana membuat ketiga gadis itu menatap Hana dengan pandangan tidak percaya.

"Mau jadi pahlawan?" Tanya Zea mengejek sikap berani Hana. Menurut Zea, Hana semakin melonjak, semenjak putusnya hubungan Alesha dengan Nolan.

"Kakak seharusnya enggak berbuat seperti itu! Mereka bertiga lebih dulu menempati tempat duduk ini! Tapi kalian malah mengusir mereka!" Balas Hana tanpa ada ketakutan di wajahnya.

Alesha menunjukkan wajah datarnya saat matanya bertemu dengan Hana. Ia sungguh dibuat takjub dengan sikap berani Hana sekarang. Alesha mengalihkan pandangannya dari Hana saat melihat Nolan bersama ketiga sahabat berjalan masuk ke dalam kantin. Mata mereka bertemu tapi hanya sesaat karna Nolan langsung memutuskan pandangan mata dari Alesha. Nolan melirik lantai yang kotor dengan pecahan piring.

"Mereka udah berbaik hati dengan mengalah dan membiarkan kakak duduk di sini. Tapi kakak justru melemparkan piring itu dan menyuruh mereka membersihkannya. Kakak sungguh tidak memiliki hati?" Lanjut Hana.

"Memangnya Lo punya hati?" Tanya Alesha menatap tajam Hana.

"Setidaknya aku enggak pernah menyakiti hati maupun fisik orang! Tidak seperti kakak yang selalu menyakiti orang!" Bentak Hana membalas tatapan tajam Alesha. Semuanya terkejut melihat tindakan berani dari Hana. Selain Nolan kini Hana yang berani melawan Alesha.

"Ck! Lo merasa paling sempurna? Lo gak sadar kalau ucapan Lo barusan bisa menyakiti hati orang?" Tanya Alya dengan tangan mengepal saat mendengar ucapan Hana.

"Otak Lo kotor sialan!" Umpat Zea sambil mendorong Hana sampai terjatuh. Alesha menatap telapak tangan kiri Hana yang mengeluarkan darah akibat terkena pecahan piring.  Alya memutar bola matanya malas saat melihat mata berkaca-kaca Hana. Hanya luka kecil dan gadis itu langsung menangis! Benar-benar lebay!

"Lo nangis!" Ucap Alesha sambil berjongkok di hadapan Hana yang masih terduduk di lantai sambil memegangi tangannya yang luka.

"Lo ngerasa hebat sekarang! Lo bahkan masih hidup dengan uang dari ayah gue! Lo masih tinggal di rumah gue? Jangan mentang-mentang gue keluar dari rumah Lo ngerasa berkuasa! Lo cuman anak tiri! Lo bukan siapa-siapa dan seharusnya sadar diri dengan posisi lo!" Pernyataan dari Alesha benar-benar membuat seisi kantin dibuat kaget. Mereka tidak pernah berpikir bahwa Alesha juga Hana adalah saudara walaupun hanya saudara tiri.

"Lo perusak hubungan orang, sama seperti ibu Lo! Wanita murahan!"

"Plak!" 

"Hana!"  Teriak Alya spontan.

"Cukup! Jangan menghina bunda ku!" Bentak Hana. Tamparan Hana sangat keras sampai membuat Alesha yang berjongkok di buat terjatuh duduk ke lantai.

"Berani tangan kotor Lo nampar gue!" Bentak Alesha sambil mencengkram rahang Hana. Mata Alesha menunjukkan rasa benci yang mendalam.

"Lepasin tangan Lo dari Hana!" Alesha menoleh kebelakang kala mendengar suara dingin yang sangat ia kenali. Nolan berdiri dibelakangnya dengan tatapan dingin.

Alesha tertawa tanpa ekspresi sambil berdiri menghadap Nolan. "Seperti biasa! Pahlawan Lo datang Hana!"








Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now