Oreo istimewa

33.5K 1.2K 13
                                    

"Bunda... Asha datang lagi. Tapi maaf kali ini Asha masih datang sendiri." Ucap Alesha sambil mengelus papan nisan mendiang bundanya. Hari ini tepatnya pada tanggal dua puluh tiga Juni, adalah tanggal dan bulan dimana wanita terhebat dalam hidup Alesha dilahirkan.

"Asha janji lain kali bakal datang bareng ayah. Maaf karena Asha terus ingkar janji. Karna buktinya Asha gak pernah berhasil datang bareng ayah kesini. Maafin Asha bunda..." Ucap Alesha dengan mata yang sudah mengeluarkan airnya.

"Tapi bunda jangan sedih, kali ini ayah gak bisa datang karna lagi berada di luar kota." Beritahu Alesha sambil menghapus air matanya. Tapi sepertinya air mata Alesha enggan untuk berhenti.

"Bunda.. Asha rindu." Tempat yang sepi dan hanya terdengar suara tangis pilu dari Alesha. Tangis pilu yang menandakan begitu ia merindukan wanita terhebat itu.

Tanpa Alesha sadari ada seseorang yang sedari tadi memerhatikan dan mendengar perkataannya. Orang itu berjalan mendekati Alesha. Sampai didekat Alesha orang itu langsung berjongkok lalu memeluk gadis rapuh itu. Sementara Alesha, gadis itu tidak menolak seolah-olah ia tahu siapa orang yang sedang memeluknya.

"Asher.. kenapa Lo yang selalu datang dan memeluk gadis cengeng ini. Dan kenapa gue selalu berharap bukan Lo yang datang. Gue selalu berharap ayah gue yang datang kesini lalu memeluk gue, lalu menenangkan putrinya ini.." Ucap Alesha memeluk seseorang yang bahkan Alesha belum lihat orangnya.

"Asher, gue rindu bunda, gue gak bisa ketemu bunda lagi. Dan semua ini karena Tante Sandra."

"Gue sendiri Asher.. gue sendiri di dunia yang luas ini..." Ucap Alesha lirih masih menangis di pelukan orang yang Alesha sebut sebagai Asher.

"Gue disini Alesha, bersama Lo." Sesaat Alesha terdiam saat mendengar suara itu. Alesha melepas pelukannya menatap seseorang yang tidak pernah Alesha duga kehadirannya disini.

"Lo ngikutin gue?" Tanya Alesha dengan wajah yang masih tersisa air mata. Tapi sekarang Alesha sudah tidak menangis, tidak seperti tadi dimana ia mengira itu adalah Asher.

"Hm." Nolan, orang yang telah mengikuti Alesha dari tempat dimana gadis itu membeli bunga. Orang yang sedari tadi mendengar semua perkataan gadis yang selalu terlihat kejam ternyata bisa terlihat begitu rapuh.

"Kenapa? Lo mau mengejek gue sekarang?" Tanya Alesha menatap tajam Nolan.

"Bilang aja! Bilang kalau cewek yang dihadapan Lo ini ternya cewek yang cengeng!" Bentak Alesha.

Nolan menatap mata sembab Alesha yang kini menatapnya tajam. Menghela nafas kasar Nolan langsung menarik kembali Alesha kedalam pelukan hangatnya.
"Cengeng." Ejek Nolan dan langsung mendapat pukulan keras pada punggungnya.

***

Saat ini Alesha sedang berada di kursi taman sendiri. Sementara Nolan, cowok itu pergi setelah menyuruh Alesha menunggu dia di kursi taman. Sepertinya sudah sepuluh menit Alesha menunggu cowok itu tapi Nolan tak kunjung datang. Menghela nafas Alesha berdiri dari kursinya. Alesha merasa bodoh sendiri menunggu seseorang yang belum tentu menghampirinya. Bisa jadikan Nolan malah mengerjainya.

"Mau kemana?" Alesha menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang menatap Nolan yang memegang sekantong plastik.

"Gue pikir Lo gak akan balik lagi." Jawab Alesha lalu berjalan mendekati Nolan.

"Duduk." Titah Nolan.

Alesha mengerutkan keningnya saat Nolan  meletakkan plastik itu kepaha-nya. Alesha membuka plastik itu dan dibuat tak percaya saat melihat ada satu kotak Oreo dan beberapa minuman.

"Oreo? Buat gue?" Tanya Alesha sambil membuka kotak Oreo tersebut.

Nolan tidak menjawab, ia hanya terus menatap raut wajah bahagia Alesha dari gadis itu membuka lalu memakan Oreo yang ia belikan. Secepat itu suasana hati Alesha berubah.

"Lo udah seperti pacar beneran gue aja." Ucap Alesha.

"Eh! Ralat, Lo emang pacar gue!" Lanjut Alesha sambil menoleh kesamping guna melihat bagaimana ekspresi Nolan.

"Lo pasti berpikir seseorang kaya gue ternya suka makan-makan anak-anak ini." Ucap Alesha menunjukkan oreo-nya.

"Tapi ini bukan hanya sekedar oreo-nya. Ada kenangan bahagia tentang makanan ini."

"Saat itu, dimana gue berulang tahun yang ke tujuh tahun. Sama seperti ulang tahun gue sebelum-sebelumnya. Ayah gak pernah ada waktu buat ngerayainnya bersama. Atau hanya sekedar mengucapkan' selamat ulang tahun putriku'. Itu tidak pernah terjadi dalam hidup gue sampai sekarang. Tapi ayah selalu mengrimkan hadiah lewat asistennya. Dan menurut gue, itu sudah sangat cukup membuat gue bahagia. Tapi pada saat ulang tahun gue yang ke tujuh, ayah tidak mengirimkan apapun. Sampai esoknya gue terus menunggu. Sampai setelah tiga hari kemudian ayah datang ke rumah."

"Saat itu gue sangat bahagia karena sempat berpikir ayah sibuk di kantor sehingga tidak pulang. Tapi gue salah, karena nyatanya ayah lupa. Lupa bahwa putrinya ini sudah bertambah besar. Karena kesal, gue lari lalu mengurung diri dikamar."

"Terus?" Tanya Nolan.

"Dan untuk pertama kalinya ayah datang menghampiri gue ke kamar dan membujuk putrinya ini dengan membawa satu kotak Oreo yang sudah terbuka. Karena ayah memang mengambilnya dari dapur saat itu." Ucap Alesha sambil terkekeh mengingatnya.

"Oreo itu sangat istimewa sebab ayah yang memberikan langsung sama gue. Memberikan Oreo itu dengan tangannya sendiri tanpa embel-embel orang lain yang memberikan atas nama ayah gue.  Dan gue masih mengingat hangatnya pelukan pertama bersamanya setalah gue menerima oreo pemberiannya."

"Lo yang pertama mendengar cerita  aneh ini." Ucap Alesha sambil tersenyum tipis.

"Dan thank you buat Oreo istimewanya."









Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now