Keracunan

38.4K 1.3K 6
                                    

"Dari mana kamu! Kenapa semalam tidak pulang?" Sial, Alesha pikir ayahnya sudah pergi kekantor. Alasan Alesha menginap di apartemen Zea agar tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi kenapa bisa pria itu masih disini sekarang?

"Ayah tidak kekantor?" Tanya Alesha mengalikan pembicaraan.

"Ini hari Minggu, jangan mengalihkan pembicaraan."

"Nak kamu dari mana? Kita semua khawatir sama kamu apalagi ayah kamu." Ucap Sandra lembut.

Alesha memutar bola matanya malas. "Khawatir? Tapi kalian semua sama sekali gak ada cari atau telpon aku kan? Letak kekhawatirannya dimana?" Sandra terdiam ia memiliki alasan untuk itu. Sandra sudah menyuruh Atha untuk mencari Alesha atau menelponnya tapi pria itu hanya diam saja. Sandra bertanya alasannya tapi Atha tetap diam.

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Kamu dimana semalam?" Tanya Atha lagi.

"Kenapa? Emang ayah khawatir? Sepertinya gak mungkin. Ayah- ."

"Diam kamu!" Ucap Atha memotong ucapan Alesha.

"Ayah gak pernah peduli sama hidup Alesha. Ayah cuma peduli Alesha berbuat buruk di luaran sana dan membuat ayah malu, itu yang ayah khawatirkan!" Bentak Alesha.

"Berani kamu membentak ayah? Sudah merasa hebat sekarang? Kamu masih hidup dengan uang ayah jadi jangan menaikkan suara mu!" Ucap Atha tegas menatap tajam Alesha.

"Yang Alesha bilang itu benar, dari dulu sampai sekarang ayah sama sekali gak pernah sayang sama Alesha!" Setelah mengatakan itu Alesha berlari ke kamarnya enggan mendengar jawaban dari ayahnya karena Alesha tahu jawabannya. Pria itu tak pernah menyayanginya.

"Asha gak nangis kok, bunda jangan sedih." Alesha menghapus air matanya. Menatap foto bundanya. Alesha ingat, bundanya pasti sedih saat Alesha menangis  maka dari itu Alesha berusaha keras agar tidak menangis tapi air mata sialan ini selalu keluar.

"Asha salah Bun, ayah sayang kok sama Asha. Seperti kata bunda, ayah sayang sama Asha, Asha itu dunia ayah kan Bun." Alesha tersenyum menatap foto bundanya.

***

Hana mengetuk pintu kamar Alesha dengan perasaan takut. Tapi mau bagaimana lagi, Hana tidak mau bundanya yang selalu kena amarah Alesha. Hana datang untuk membawa makanan untuk kakak tirinya itu. Sedari dia pulang sampai malam ini Alesha belum pernah keluar dari kamarnya. Hana khawatir, bundanya juga. Tadi siang bundanya juga kemari tapi tak mendapatkan respon dari Alesha. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena pintu kamar Alesha di kunci. Ayah mereka juga langsung pergi setelah pertengkaran itu.

Tadi saat ingin makan malam Hana juga datang kesini mengajak kakaknya itu makan. Tapi Alesha malah membentaknya. Ayahnya juga tidak memaksa Alesha untuk makan bersama seperti biasanya, pria itu hanya bertanya Alesha dimana lalu diam saat tahu putrinya itu tidak mau turun untuk makan.

"Kak aku bawa makanan buat kakak." Teriak Hana dari luar. Tak membutuhkan waktu lama Alesha langsung membuka pintu kamarnya. Tanpa berkata apapun Alesha langsung merebut nampan itu dan berniat menutup pintu kamarnya tapi suara Hana menghentikannya.

"Kakak nangis?" Tanya Hana saat melihat mata sembab Alesha. Perasaan takut Hana tadi tergantikan oleh rasa khawatir.

"Kenapa? Lo mau mengejek gue hah!" Bentak Alesha menatap tajam Alesha.

"Bukan kak! Aku cuma khawatir." Jawab Hana.

"Gue gak butuh Lo khawatirin!" Setelah mengatakan itu Alesha menutup pintu kamarnya cukup keras.

Alesha meletakkan nampan itu ke meja yang berada didalamnya. Alesha langsung memakannya ia merasa lapar. Alesha belum makan setelah pulang dari apartemen Zea tadi. Selesai dengan makanannya Alesha langsung naik ke atas ranjang lalu menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang sambil meraih ponselnya yang tergeletak asal di kasur.

Dengan sangat sadar Alesha membuka room chat-nya dengan Nolan lalu menelpon cowok itu. Alesha sudah memantapkan hati untuk tidak kesal jika Nolan menolak telponnya tapi ada yang aneh. Nolan tidak menolak telponnya cowok itu malah langsung mengangkat.

"Lo di cafe mana lagi?" Itu ucapan pertama Nolan setelah mengangkat telponnya.

"Gue dirumah!" Jawab Alesha.

"Ngapain?" Tanya Nolan diseberang sana sedangkan Alesha mengerutkan keningnya bingung.

"Apaan?" Tanya Alesha ngegas.

"Ngapain Lo telpon gue!"

"Kayaknya semalam gue keracunan deh, buktinya tangan gue kena pisau gue ingatnya itu Lo. Mungkin Lo penawarnya." Bohong Alesha.

"Drama lagi." Kata Nolan.

"Bukan! Gue punya permintaan buat Lo. Gue butuh bangat ini dari Lo!" Ucap Alesha dengan serius.

"Gue gak mau." Tolak Nolan tanpa beban.

"Ck, gue punya pertanyaan, kalau Lo bisa jawab gue bakal turutin semua permintaan Lo. Tapi kalau Lo gak bisa jawab, Lo harus turutin permintaan gue gimana?" Tanya Alesha.

"Gue gak minat."

"Nobu! Sekali ini aja." Rengek Alesha tanpa sadar.

"Pertanyaan apa?" Tanya Nolan.

Alesha tersenyum tipis. "Kepanjangan APN apa?" Ucap Alesha menyebutkan pertanyaannya.

"Hanya sekali jawab ya." Lanjut Alesha membuat Nolan mendengus.

"Gue gak tahu!" Jawab Nolan santai karena Nolan tahu ini pertanyaan tidak berbobot.

"Berarti Lo kalah, Lo harus turutin permintaan gue!" Ucap Alesha.

"Hm."

"Lo punya banyak novel kan? Coba Lo bacakan buat gue." Alesha ingin tidur nyenyak malam ini, dan mendengarkan cerita adalah solusinya. Jangan bertanya kenapa harus Nolan yang membacanya karena Alesha juga tidak tahu jawabannya.















Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now