Tetaplah kuat

27.5K 1K 13
                                    

"Alesha!" Teriak Nolan sambil berlari mengejar Alesha. Gadis itu berlari keluar dari rumah sakit setelah mendengar pernyataan dari dokter. Tadi, Alesha sama sekali tidak mempercayai ucapan Sandra. Alesha meminta dokter untuk melakukan tes DNA dan hasilnya membuat seluruh dunia Alesha hancur. Kenyataan yang sama sekali tidak pernah terpikir dalam otak Alesha. Kenyataan yang sulit untuk Alesha terima. Kenyataan bahwa Atha Maheswari bukanlah ayah kandungnya.

"Alesha." Nolan menggapai tangan Alesha kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Tangan Nolan terangkat guna mengelus kepala Alesha dengan lembut. Suara tangisan Alesha di dalam dekapan Nolan semakin kencang. Nolan mengerti bahwa Alesha pasti sangat terluka saat ini. Sama seperti Alesha, Nolan juga tidak pernah membayangkan kenyataan yang terungkap di depan matanya.

Merasa Alesha sedikit lebih baik, Nolan melepaskan pelukannya kemudian menatap mata Alesha yang memerah sebab menangis terlalu lama. Tangan Nolan terangkat guna menghapus air mata Alesha yang sama sekali tidak ingin berhenti. Kondisi kacau Alesha membuat perasaan Nolan tidak tenang. Masalah yang gadis itu hadapi kali ini terlalu berat. Gadis yang terlihat kuat dari luar itu sebenarnya adalah gadis lemah yang selalu menginginkan kasih sayang, terutama dari sang ayah.

"Kita pulang ya." Ucap Nolan kemudian menggenggam tangan Alesha membawa gadis itu menuju parkiran.

"Jangan nangis lagi." Ucap Nolan setelah selesai memakaikan helm pada Alesha. Melihat Alesha mengangguk kemudian berniat menaiki motor Nolan tetapi terhenti sebab Nolan menghentikannya. Cowok itu melepas almamater OSIS-nya kemudian mengikatkan tangan almamaternya ke pinggang belakang Alesha.

Sampai di apartemennya, Alesha langsung menuju kamar tanpa memperdulikan Nolan yang terus mengekor di belakang gadis itu. Teringat sesuatu membuat langkah Nolan berbalik menuju dapur. Dia baru mengingat bahwa Alesha belum makan siang dan saat ini sudah sore yang artinya mereka telah melewatkan makan siang.

Nolan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan isi dapur Alesha. Gadis itu sama sekali tidak menyetok bahan makanan. Di lemari dapur Alesha hanya terdapat berbagai macam mi instan dan telor. Nolan mengambil dua bungkus mi instan serta dua buah telor. Nolan memutuskan akan memasak mi goreng dengan telur mata sapi. Nolan berpikir Alesha pasti menyukainya terbukti dari isi lemari Alesha yang hanya berisi berbagai macam mi instan.

Selesai dengan masakannya Nolan melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar Alesha. Tangan Nolan terangkat mengetuk pintu Alesha tetapi tidak ada sahutan. Nolan kembali mengetuk sambil memanggil nama gadis itu.

"Alesha!"

Nolan meraih handle pintu setelah beberapa saat menunggu Alesha yang tidak memberikan sahutan ataupun membukakan pintu. Kamar Alesha yang gelap membuat tangan Nolan langsung mencari saklar lampu. Dan yang pertama kali Nolan lihat setelah lampu menyala adalah Alesha yang sedang berbaring di ranjang dengan posisi miring membelakangi pintu. Gadis itu juga masih menggunakan seragam sekolahnya.

Alesha tertidur pasti karena kelelahan menangis. Air mata Alesha memang sudah kering di pipinya tetapi bantal yang Alesha gunakan masih terlihat basah oleh air mata Alesha sebelumnya. Nolan mengelus pucuk kepala gadis itu kemudian tangannya beralih mengambil satu bingkai foto yang Alesha peluk. Nolan menebak foto yang Alesha peluk adalah foto sang ibu. Nolan menyadari bahwa Alesha memiliki wajah yang sangat mirip dengan sang ibu. Bahkan mereka berdua memiliki tahi lalat yang berada di atas alisnya kirinya.

"Alesha." Ucap Nolan membangunkan Alesha. Sebenarnya Nolan tidak tega membangun gadis itu. Tetapi mau bagaimanapun Alesha tetap harus makan sekarang.

Alesha menggeliat saat merasa seseorang mengelus kepalanya. Padangan yang pertama Alesha lihat saat membuka mata adalah wajah tampan Nolan yang menunduk menatapnya. Cowok itu tersenyum pada Alesha. "Kenapa?" Tanya Alesha dengan suara khas bangun tidur.

"Kamu cuci muka dulu habis itu kita makan."

"Aku enggak lapar." Tolak Alesha kemudian kembali memejamkan matanya.

"Tapi kamu harus makan Alesha."

"Gak selera." Balas Alesha tanpa membuka matanya.

"Tapi tetap harus makan sayang." Alesha membuka matanya kemudian menatap sendu wajah Nolan. Alesha bersyukur sebab dimana ia sedang terpuruk, masih ada orang yang bisa Alesha andalkan.

"Oke." Jawab Alesha membuat senyum Nolan terbit.

***

Alesha berjalan mendekati Nolan yang sedang duduk di atas sofa dengan mata yang fokus terhadap televisi. Alesha baru saja selesai mengganti baju seragam sekolahnya dengan baju tidur. Alesha mendudukkan dirinya di samping Nolan kemudian merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap meja serta kepala yang berada di paha cowok itu.

Merasakan Nolan yang mengelus kepalanya membuat Alesha langsung meraih tangan itu kemudian menggenggamnya. Alesha menaruh tangan Nolan yang ia genggam ke dekat pipinya.

"Makasih udah mau mendonorkan darah buat ayah." Ucap Alesha setelah sadar bahwa ia belum mengucapkan rasa terima kasih kepada Nolan sebab telah mendonorkan darahnya untuk Atha.  Ayahnya itu sudah melewati masa kritis setelah mendapatkan donor darah dari Nolan.

"Tetaplah kuat seperti biasanya Alesha." Alesha menatap wajah tampan Nolan yang kini menatapnya serius.

"Semuanya akan baik-baik saja." Ucap Nolan.

Alesha tersenyum tipis kemudian berkata. "Sekarang aku tahu kenapa ayah gak pernah menyayangi ku ."

"Karna aku bukanlah putri kandungnya." Lanjut Alesha.

***









Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now