Janji?

32.9K 1K 9
                                    

"Alesha! Kenapa Lo kesini?" Heboh Zea kala matanya menangkap Alesha yang masuk ke dalam kelas.

"Ya karna gue mau sekolah bego!" Jawab Alesha memutar bola matanya malas. Pertanyaannya Zea itu, sangat-sangat tidak berbobot.

"Maksud gue, kenapa Lo sekolah. Lo kan masih sakit!" Balas Zea kesal bercampur khawatir. Semalam saat mereka menjenguk Alesha, gadis itu terlihat tidak sehat. Memang saat ini Alesha terlihat lebih baik tapi itu tidak menutup kekhawatiran dirinya.

"Gue udah sehat, udah bisa bentak-bentak Lo juga." Balas Alesha santai.

"Ck, nyebelin bangat Lo!" Jengkel Zea.

"Beneran udah sehat Sha?" Tanya Alya dan di balas anggukan oleh Alesha.

"Sha, mau kasih pelajaran buat Hana?" Tanya Alya serius. Alya, gadis itu tidak bisa menerima sahabatnya terluka. Hana harus menerima resiko sebab telah berani melawan mereka. Sudah cukup beberapa hari ini ia menahan emosi saat melihat Hana bisa tertawa lepas, makan dengan santai di kantin. Sedangkan Alesha, sahabatnya itu harus merasakan sakit. Itu tidak adil kan?

Alya ingin langsung memberikan pelajaran yang setimpal buat Hana. Tapi Alya menunggu Alesha pulih. Harus Alesha yang pertama memberikan Hana pelajaran. Karna Alya tahu Alesha tidak akan diam saja diperlakukan seperti ini. Mereka bertiga egois dalam hal apapun dan mereka mengakuinya.

"Tentu! Lo tahu gue orang pendendam kan?" Balas Alesha tersenyum miring.

***

"Wow, bisa-bisanya Lo makan dan tertawa dengan santai setelah buat gue hampir mati!" Bentak Alesha menatap tajam Hana yang berdiri gemetaran di depannya. Kadang Alesha kesal, melihat Hana tidak pernah melakukan perlawanan. Seharusnya gadis itu bisa melawan tapi Hana hanya bergantung pada orang, berpikir pasti ada yang akan menolongnya. Gadis itu tidak ada niat untuk membela dirinya sendiri. Benar-benar lemah atau Hana memang ingin dikasihani oleh orang-orang.

"Bisa diam? Gue bahkan enggak ngapa-ngapain Lo!" Bentak Alesha jengah mendengar suara Isak tangis Hana. Mereka belum melakukan apa-apa. Mereka hanya menyuruh seseorang membawa Hana ke gudang. Mereka bahkan belum menyentuh Hana sejengkal pun.

"Maaf kak, sebenarnya aku pengen minta maaf tapi saat aku mau datang ke rumah sakit kakak udah gak ada dan Kaka tida-."

"Diam!" Bentak Alesha mengerti arah pembicaraan Hana yang ingin bilang bahwa tentang ia yang tidak pulang ke rumah.

"Mau gue maafin?" Tanya Alesha menatap datar Hana yang masih menangis tapi gadis itu tidak berani lagi bersuara.

"Jangan nangis dong!" Ujar Alesha sambil menghapus air mata Hana dengan kasar.

"Aku harus apa biar kakak mau maafin aku?" Tanya Hana setelah sedikit menjauh dari Alesha.

"Kayaknya seru kalau Lo jadi babu kita sampai tamat. Iyakan Al, Zea?" Tanya Alesha menoleh menatap teman-temannya.

"Bukan ide buruk." Setuju Alya.

"Zea, jelasin." Pinta Alesha masih menatap Hana tajam. Mata itu tak akan pernah menatap Hana lembut.

"Lo cukup ikutin semua perintah kita. Simpel kan? Jika sekali aja Lo membantah siap-siap terima konsekuensinya." Jelas Zea.

***

"Nobu!" Teriak Alesha saat melihat Nolan membuka pintu ruang OSIS. Alesha memang mencari Nolan dan tujuan pertama Alesha itu ruang OSIS.

Dan benar saja, Alesha bisa melihat Nolan ingin masuk ke dalam ruangan itu. Tapi mendengar teriakan Alesha membuat Nolan berhenti di ambang pintu. Menatap Alesha datar. Melihat Alesha berjalan menujunya membuat Nolan segera masuk ke dalam.

"Lagi apa Nobu?" Tanya Alesha basa-basi lalu mendaratkan pantatnya di salah satu kursi.

"Lo gak lihat?"

Alesha mendengus kesal, ia memang bisa melihat Nolan sedang sibuk dengan beberapa kertas. Entah untuk apa Alesha juga tidak mau tahu. Intinya Alesha cuma basa-basi. Apa salahnya coba.

"Nobu." Ujar Alesha sebab cowok itu masih sibuk dengan kertas dan tidak menatap ke arahnya. Alesha merasa jadi tidak dianggap.

"Nolan." Ulang Alesha.

"Hm." Balas Nolan tapi dengan mata terus menatap kertas.

"Sayang." Alesha tersenyum manis kala panggilannya kali ini Nolan mendongak menatap nya wajahnya sekarang.

"Gue ngerti sekarang, Lo mau gue panggil sayang makanya tadi gak mau tatap gue." Ujar Alesha menggoda Nolan.

"Enggak!" Ketus Nolan.

"Masa! Pas gue panggil sayang Lo langsung tatap gue tuh!" Tukas Alesha.

"Ngapain ke sini?" Tanya Nolan mengabaikan ucapan Alesha.

"Mau tagih janji Lo!"

"Janji?" Bingung Nolan.

"Kencan selama tiga hari." Kata Alesha mengingatkan Nolan akan janji cowok itu waktu ia dirumah sakit.

"Gak boleh ingkar, dosa!" Tegas Alesha menatap Nolan tajam.

"Kapan?"

"Gue maunya kencan di hari weekend."
Bukan karna apa Alesha memilih hari weekend. Soalnya jika Alesha mengambil di hari sekolah waktu ia bersama Nolan pasti akan singkat secara mereka saja pulang hampir jam tiga sore.

"Berarti dua hari lagi, Lo harus segera pikirin mau ajak gue kemana." Suruh Alesha.

"Nobu" Panggil Alesha lagi, sebab Nolan kembali fokus terhadap kertas sialan itu.

"Iya Alesha." Jawab Nolan menatap mata Alesha.

"Kayaknya gue makin suka sama Lo!" Nolan diam menatap datar Alesha.

"Nanti kita pulang bareng ya" Ucap Alesha sambil beranjak dari kursi dan segera keluar dari ruangan OSIS.

Halooo, apa kabar?

Gimana sama part ini?
Kalian suka gak?

Vote, comment dong. Aku mau tahu pendapat kalian mengenai cerita Alesha ini.



Alesha (TERBIT)Where stories live. Discover now