01. Rumah Baru?

20.8K 1.9K 270
                                    

"Pak, bangun," ucapku di samping kanan dekat ranjangnya.

Aku menggoyangkan tubuhnya, "Pak .... Bangun, ini sudah jam 8."

Ia malah menghiraukan panggilanku.

"Pak, bangun. Ini sudah jam 8," ucapku agak keras karena tidak tahu harus berbuat apalagi.

Ia mulai membuka matanya perlahan. Berusaha mengumpulkan kesadaran, dan ....

"WAAAA!!!"

alih-alih berterimakasih, dia malah berteriak tak jelas.

"Ada apa?" tanyaku karena panik oleh teriakannya.

"S-sedang apa kau di sini?" tanyanya terbata.

"Bapak lupa? Saya memang tidur di sini."

"Ini sudah jam 8," lanjutku, mengacuhkan pertanyaanya.

Ia mulai melirik jam di nakas dekat ranjang, "Aishh! Sial! Kenapa aku bisa terlambat?"

Dan sedetik kemudian ia segera memelesat ke arah kamar mandi tanpa sedikitpun mengucapkan kata 'terimakasih'.

Cih!

ⓛⓛⓛ

"Mau sarapan apa?" tanyaku sambil mengolesi dua tumpuk roti dengan selai kacang.

"Apa saja," sahutnya cepat.

"Mau susu?" tanyaku sambil membuka kulkas.

"Tidak usah." ucapnya sambil memperhatikan beberapa lembar dokumen di tangannya.

"Ini rot-"

"Saya berangkat dulu," ucapnya tergesa-gesa.

"Tapi rotinya?" gumamku pelan.

"Jangan sampai terlambat, jam 11 nanti kita ada meeting, aku tidak mau client kita terlambat. Kau dengar Luna?" teriaknya dari ruang tengah sambil memakai sepatu.

"Iya!" sahutku dari ruang makan.

Lalu setelahnya terdengar suara mesin mobil yang menyala, dan 10 detik kemudian. Suara itu menghilang, menandakan bahwa si pemilik sudah membawanya pergi.

Hhhh, dingin seperti biasanya ....

ⓛⓛⓛ


Sial! Sial! Siaaaal! Kenapa aku harus terlambat, ini sudah lebih dua puluh menit dari waktu yang dijanjikan. Ya Tuhan, aku tidak bisa membayangkan betapa sangarnya wajah Pak Kyungsoo jika aku menampakkan wajahku saat terlambat begini. Apalagi, katanya dia akan ikut andil dalam meeting kali ini. Tamat sudah riwayatku.

"Dari mana saja kau?" tanya teman kantorku saat di perjalan.

"Yang pasti bukan dari neraka, tapi aku sedang menuju ke arahnya!" jawabku cepat sambil berlalu dari hadapannya.

Aku berjalan setengah lari sekarang, mati aku! Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 11.45 waktu setempat. Untuk kali ini saja, siapapun buat CEO itu sakit perut, agar dia bisa terlambat sama sepertiku.

Andai saja jika aku tidak harus menjadi istrinya, mungkin aku tidak harus mencuci baju, membereskan kamar, menyiapkan makan malam. Dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now