42. Keep Distance

6.7K 1.2K 155
                                    

Apa gue pernah nuntut kalian dengan kata-kata kasar? Sampe mencaci-maki? Enggak, kan? Cuma ya, tolonglah kerja samanya. Yang pinter pasti tau apa maksud gue. ^_^

ⓛⓛⓛ

Hari ini adalah hari kedua, entah ketiga aku menginap di rumah Leyo, sebenarnya cukup mudah dan menjijikkan jika aku ingin kembali ke rumah Kyungsoo dengan tidak tahu diri, namun, perasaan Hye Ri yang menjadi prioritas utamaku saat ini, dan lagi, rasanya ada sensasi asing nan acak saat mengetahui ada calon anak Kyungsoo di dalam tubuh Hye Ri.

Aku tahu jika kami, maksudku aku dan Hye Ri, jika kami berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan aku bersikap berbeda pada Kyungsoo, itu tidak akan memberikan dampak dengan guratan negatif. Tapi, aku rasa, bersembunyi lebih baik daripada menyembulkan batang hidung.

Selama tiga hari aku mengungsi di rumah Leyo, dan selama tiga hari itu juga aku menjaga jarak dan pelit lisan pada Kyungsoo. Walau iya, kadang rasanya aku ingin menangis saat mendengar cibiran, ejekan bahkan tak jarang fitnah dari orang lain. Namun satu hal yang perlu aku yakini, mereka berkata tidak sesuai fakta, lantas, kenapa aku harus ciut? Fitnah adalah tuduhan tanpa dasar, dasarnya saja tidak ada. Maka bisa dipastikan, permukaannya akan labil.

Tepat jam 12 siang nanti, akan ada rapat dengan para petinggi perusahaan, kami akan membicarakan tentang kelanjutan proyek di Denmark, dan naasnya, sebagai sekretaris pribadi Do Kyungsoo. Aku harus hadir di tengah-tengah mereka, it means I will meet him again.

ⓛⓛⓛ

Rapat selesai, kami semua menghambur keluar bersiap kembali dengan aktivitas masing-masing, namun tepat ketika hanya ada kami berdua di lorong. Kyungsoo menarik tanganku kembali masuk ke dalam ruangan yang semula digunakan untuk rapat.

"Maaf pak, saya harus kembali," ucapku saat menepis tarikan tangannya.

Kyungsoo semakin kuat menarik tanganku. "Kau ini kenapa sih?"

Hening, aku tidak menjawab atau bahkan mengindahkan perkataannya.

"Kenapa kau terus menjauh dariku?" kejar Kyungsoo menuntut jawaban.

"Permisi pak," ucapku datar lalu pergi dari hadapannya.

BRUG!!

Kyungsoo memelesat lalu tangannya menghalangi pandanganku untuk berjalan. "Apa ini karena Hye Ri?"

Kyungsoo lantas menarik tanganku agar sejajar dengan tubuhnya. "Katakan."

"Kalau iya memang kenapa?" tanyaku balik.

"Bicara apa saja dia?" tanya Kyungsoo lagi.

"Tidak penting," ucapku ketus.

"Saya izin pergi," pamitku lalu berbalik. Tak lupa menunduk.

ⓛⓛⓛ

"Leyo!" panggilku dari dapur. "Bajuku habis, boleh tidak aku pulang untuk membawa salin?"

"Iya," ucapnya mengiakan. "Mau kuantar?"

"Tidak usah, oh iya, makan malamnya sudah siap." Aku berkata sebelum pergi.

Aku pun keluar dari rumah Leyo, berniat untuk masuk ke dalam gubuk lara. Apa lagi kalau bukan rumah Kyungsoo?

Sesampainya aku di sana, mobil hitam milik Kyungsoo terparkir di depan rumah. Dan aku pun segera masuk, berusaha agar tidak berlama-lama di sini.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now