14. Kepribadian Abstrak

9.6K 1.3K 135
                                    

Apakah kalian kangen?

Enggak?

Anjirrr, ya udah deh :(

ⓛⓛⓛ

Aku membuka mata saat merasa debur ombak perlahan mulai menginterupsi nyenyaknya tidurku. Cahaya matahari yang menyusup pelan ke dalam celah jendela sontak membuat mataku membelalak dan segera terjaga.

Tubuhku kembali siap untuk beraktivitas saat kurasa bahwa waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 06.00, dan kutengok ke samping kiriku. Kyungsoo sudah bangun terlebih dahulu. Buktinya, dia tubuhnya tidak ada sekarang.

Mumpung dia tidak ada, tidur lagi tidak salah 'kan?

Aku yang memang masih belum merasa enakan, kembali melipat tubuhku lalu menarik selimut berniat kembali bersemedi.

Tapi semuanya hancur saat selimut yang masih betah menutupi tubuhku dibuka begitu saja oleh Kyungsoo.

"Bangun," katanya.

Aku melenguh. "Apa?"

"Tuli? Aku bilang bangun." Kyungsoo berkata ketus.

"Aku masih sakit," belakku.

Kyungsoo lantas menyentuh dahiku dengan punggung tangannya. "Panasnya sudah turun."

"Hei kerbau. Jangan malas-malasan." Kyungsoo melanjutkan.

"Apa sih?" kataku tak suka. "Aku masih sakit Pak."

Kyungsoo mendelik. "Kita tidak sedang di Kantor."

"Habisnya aku mengajukan permohonan sebagai istri saja tidak didengar."

"Aku berbicara sebagai bosmu!" bela Kyungsoo.

"Tadi katanya kita sedang tidak di Kantor!"

"Aku bosnya, jadi terserah aku. Sekarang bangun!!"

Suara Kyungsoo memecah semua rasa kantuk yang sedang aku rangkai. Pria sialan itu selalu saja datang di waktu yang tidak tepat.

"Luna! Sudah bangun belum?" tanya Kyungsoo dari luar kamar. Ia memang pergi lebih dulu tadi.

"Belum! Aku masih mau tidur." Aku menggoda Kyungsoo. "Akan menyenangkan jika aku tidur kembali!"

"Jangan paksa aku untuk mengguyurmu Luna." Kyungsoo menggeram. "Bangun!"

Aku lantas bangun karena tidak mau si Mata Bulat ini melemparku ke Laut.

"Kau ini temperamental sekali sih?!!" kataku saat baru saja berbelok dan sampai di meja makan.

Dan aku mematung saat melihat ada sajian makanan di atas meja makan.

"Ini apa?" tanyaku tak percaya.

"Batu," sahut Kyungsoo. "Masa kau bertanya sih?"

"Aku kira pasir. Maaf," kataku tak mau kalah.

Kyungsoo mengembuskan napas kasar. "Duduk."

"Di mana?" tanyaku lagi.

"Di luar." Kyungsoo menjawab.

"Ohh, oke." Dan setelahnya aku segera melangkahkan kaki ke pintu keluar.

Tapi tangan Kyungsoo tiba-tiba menarikku dari belakang. "Dasar bodoh."

"Duduk di sini!" kata Kyungsoo sambil mengarahkan tubuhku untuk duduk di hadapannya. Di meja makan.

"Mau apa?"

Mr. Cold is My Husband حيث تعيش القصص. اكتشف الآن