34. Mandi di Taman

6.9K 1.1K 208
                                    

Tanpa kalian tau, dengan adanya komen next dsb. Itu bukannya bikin aku semangat. Yang ada aku malah tertekan. ^_^
Bukannya gak seneng ada yang komen gitu, jujur, aku seneng banget, karena ada yang nunggu dan suka cerita aku. Cuma, ayolah, masa 5 menit baru update langsung minta lagi?
I am not your servant! 😆

ⓛⓛⓛ

Pagi ini, Kyungsoo harus menderita karena saat ia sedang mandi. Air di rumah kami, tunggu? Kami? Haha. Tak apalah.

Ya, air di rumah kami mendadak mati. Dan Kyungsoo hanya bisa bersumpah-serapah pasalnya, badan serta kepalanya masih penuh oleh sabun dan shampoo.

"Luna!!" teriakannya menggema ke seluruh kamar penjuru kamar mandi. "Sudah kau telepon tukangnya?"

Mendengar itu, aku segera berjalan setengah berlari menghampirinya. "Katanya, paling lambat besok. Sekarang sedang ada halangan."

"Hah! Mataku peri!" gerutu Kyungsoo.

"Airnya habis?" tanyaku memastikan.

"Kalau ada air aku tidak akan teriak!" ketus Kyungsoo.

"Tunggu sebentar," pintaku, dan aku langsung mencari-cari kiranya di mana ada air yang cukup banyak untuk menyiram semua sabun di tubuhnya.

Merasa mendapatkan sebuah ide cemerlang. Aku kembali ke kamar mandi. "Kyung."

Tidak ada jawaban, dan aku baru saja tersadar telah melakukan kesalahan.

"Pololo." Aku kembali memanggilnya.

"Apa Mama?" sahutnya dengan girang.

Aku gunakan 10 detik pertama untuk tertawa geli. Dia, Kyungsoo. Benar-benar sudah berubah, bukan lagi suami bedebah yang hanya bisa menyakiti hati.

"Mandi di taman saja ya?" tawarku padanya.

"Kau gila?" bentak Kyungsoo terdengar tak percaya.

"Ya kecuali kau mau diam di situ terus, tak masalah." Aku berkata di ambang pintu yang kubuka tadi.

"Ck! Ya sudah!" seru Kyungsoo. "Bantu aku, Luna."

"Bantu apa? Lagi pula, kau ini minta tolong tapi sama sekali tidak menunjukkan membutuhkan pertolongan," cibirku padanya.

"Mata Pololo pelih Mama!" Kyungsoo mengubah nada suaranya lalu merengek.

Runtuh sudah, hancur sudah. Aku lemah mz!

Aku pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Dan pupil mataku membulat saat melihat Kyungsoo yang sedang bertelanjang bulat sedang berdiri membelakangi. Biar aku tekanan telanjang bulat tanpa sehelai kain pun!

"K-kau ma-mau aku bantu apa?" Aku bertanya dengan nada yang bukan main canggungnya.

"Pakaikan handuk," kata Kyungsoo.

Bisa kurasakan dengan kepastian hati. Pipiku merah saat itu juga. Astaga tamat sudah.

"Cepat, mataku perih." Kyungsoo berkata.

Dengan langkah yang luar biasa berat, aku perlahan maju ke arahnya. Dan semakin dekat aku padanya, semakin kencang juga debaran jantung yang membuat tulang igaku bergetar.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now