17. Langkan

8.6K 1.2K 108
                                    

"Lay?" gumamku pelan.

Leyo yang baru saja masuk bertanya. "Siapa?"

Segera aku memasukkan benda pipih itu ke dalam tas yang kebetulan aku bawa. "Oh, tidak, hanya teman lama."

Leyo hanya mengangguk seadanya. Dan mobil pun mulai bergerak hingga akhirnya meninggalkan basement Restoran ini.

"Nanti kita ke balkon oke? Kau bisa lihat seisi Jeju dari sana!" ujar Leyo antusias.

Akhirnya, aku dan Leyo turun di sebuah gedung yang cukup asing bagiku. Kuat dugaanku ini adalah apartemen miliknya, bisa kusimpulkan dari beberapa perabotan rumahan yang ada di belakang pintu yang sekarang ada di belakangku.

Leyo permisi sebentar untuk membuat kopi tadi. Dan selagi menunggu Leyo kembali, aku termenung atau lebih tepatnya merenungi nasib yang sekarang sedang menimpaku. Aku harus terpaksa menikah dengan Kyungsoo, karena Ibu dan Ayah menggantungkan nasibnya padaku.

Ditambah fakta bahwa Ibu Kyungsoo berjanji bahwa dia akan melunasi semua hutang keluargaku membuat aku semakin mati kutu.

Air mataku jatuh begitu saja saat mengingat beberapa perlakuan buruk Kyungsoo yang membuat penglihatanku menjadi buram, buram dan buram. Karena sekarang seluruh bola mataku sudah digenangi oleh air mata.

Gemerlap lampu di bawahku tak bisa menutupi bahwa hati ini terkadang kelabu saat mengingat semua yang buruk tentangnya.

Kalian mungkin tidak pernah merasakan tidur di luar kamar saat musim dingin yang sialnya pemanas ruangan sedang rusak saat itu.

Pernah satu waktu Kyungsoo menendangku hingga terjatuh dari ranjang sambil berkata.

"Dasar penganggu! Pergi! Ini kamarku!"

Padahal waktu itu aku tidak sengaja mengigau karena lelah oleh pekerjaan rumah dan kantor.

Dan alhasil, aku harus tidur di sofa dengan hanya satu bantal sambil mengigil karena di luar begitu dingin.

Ah! Selagi menunggu Leyo mungkin aku bisa ceritakan hal lucu yang mungkin belum pernah aku beri tahu pada kalian sebelumnya.

Saat itu aku tengah lembur karena harus merevisi beberapa dokumen dan menyeleksi beberapa CV yang sejatinya bukan tugasku, tapi Kyungsoo malah melimpahkannya padaku.

Setelah selesai, aku pun pulang dan kebetulan lewat restoran cepat saji, lantas, aku pun membeli makanan kesukaan Kyungsoo-spaghetti.

Di perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya tersenyum sambil berharap bahwa Kyungsoo akan
Berucap lembut atau bahkan memperbaiki sikapnya padaku.

Setelah sampai di rumah. Aku malah disuguhi pemandangan yang luar biasa di luar dugaan.

Aku melihat Kyungsoo yang sedang berciuman dengan Hye Ri. Dan entah tolol atau bagaimana, aku malah terpaku dan enggan untuk beranjak saat menyaksikan mereka berdua beradu lidah dengan panas. Tepat di depan mataku.

"Um, permisi, pak," kataku yang membuat Kyungsoo dan Hye Ri menoleh bersamaan. Mereka seolah salah tingkah karena terciduk.

"Oh? Pesanan ya?" kata Kyungsoo tak berdosa. "Simpan di meja saja."

Pesanan? Kau hebat Kyungsoo. Kau membuat aku seolah-olah menjadi pembantu tak langsung lewat improvisasimu di hadapan Hye Ri. Aku menggerutu saat itu.

"Luna? Kenapa kau bisa tahu rumah Kyungsoo?" tanya Hye Ri sambil membetulkan pakaiannya yang hampir terbuka sepenuhnya.

"Ah! Aku memesan makanan ini untuk kita sayang, kau suka?" kata Kyungsoo menjawab pertanyaan yang Hye Ri lempar kepadaku.

Mr. Cold is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang