44. The Truth

7.4K 1.1K 96
                                    

Gue yakin, mereka yang udah lama kenal gue. Cukup pandai untuk enggak komen 'next'
Karena mereka tau, gue gila-gilaan soal update. Dan kalo masih ada aja, yang mungkin kalian belum kenal gue ^=^

ⓛⓛⓛ

Sebuah langkah kaki yang memekakkan telinga, mengganggu heningnya sepi karena duka hati.

Kyungsoo terduduk lemas dengan wajah yang basah oleh keringat dingin, bibirnya bergetar tak beraturan seraya bergumam layaknya pasien sakit jiwa.

Ia tersentak bukan main saat mendapati bahwa wanita yang dicintainya mengetahui fakta yang tak seharusnya.

"Aku jadi ayah?" gumam Kyungsoo di ujung kamar. Dalam tersendatnya cahaya yang lamat-lamat masuk ke dalam karena terhalang oleh gorden. "Aku jadi ayah?"

Tak lama dari situ, kenop pintu terbuka, menampakkan seorang wanita yang masuk dengan langkah paling angkuh yang Kyungsoo lihat.

"Mau apa lagi?" tanya Kyungsoo sambil tak menatap wanita itu, kepalanya kini tertumbuk ke bawah. Bisa dipastikan, jika imannya goyah. Kyungsoo akan menangis dalam hitungan detik.

"Menemuimu," ucap wanita itu datar. "Aku lihat tadi Luna keluar dari rumah ini, dan aku tak rela. Niatnya, aku ingin menemuinya nanti. Agar dia tahu diri."

Kyungsoo mengibaskan tangannya. "Pergi, hubungan kita sudah berakhir."

"Sayang," panggil Hye Ri pelan. "Kenapa kau begini sih?"

"Pergi aku bilang!! Kutekankan sekali lagi! Aku tidak pernah menghamilimu!!" Kyungsoo beranjak lalu merangsek ke arah Hye Ri. "Aku cinta Luna! Dan kau hancurkan semuanya!!"

"Tidak pernah? Tidak pernah katamu??" Hye Ri bertanya tak habis pikir. "Lalu apa ini?"

Hye Ri mengambil testpack yang tadi Luna pegang.

"Jelas-jelas aku positif hamil!!" teriaknya. "Dan ini anakmu!!"

"Bohong!!" teriak Kyungsoo tak kalah keras. "Melakukannya saja tidak pernah!"

"Mengaku saja bisa tidak sih?" Hye Ri berkata dengan air mata tak mau berhenti, runtuh pertahanannya beberapa detik yang lalu. "Ini anak kita, Kyungsoo."

Hye Ri kemudian mengeluarkan sebuah kertas, ia lalu membukanya dengan tangan bergetar. Dan terpampang sebuah hasil yang menyatakan bahwa dia dinyatakan positif hamil oleh satu Rumah Sakit dan mengandung anak Kyungsoo.

"Jika saja kau tidak mabuk saat di Hotel," sesal Kyungsoo. "Jika saja kau tidak melewati batas malam itu."

Mata Kyungsoo membulat dengan tajam dan sangat menyala-nyala. Ia lantas mengambil kertas yang Hye Ri letakan di nakas.

Tangannya semakin gencar mengeluarkan keringat dingin, lututnya goyah, jantungnya berdebar membuat tulang iganya bergetar.

"Kenapa bisa begini?" gumam Kyungsoo lalu menjambak rambutnya frustasi.

"Ceraikan Luna, mari kita menikah. Kasihan anak kita, Kyungsoo." Hye Ri berkata yang membuat Kyungsoo semakin gundah.

"Kenapa saat aku tidak mencintai dan perlahan membencimu, malah begini jadinya?" Kyungsoo terduduk di bibir ranjang.

"Kau manja, kekanak-kanakan, egois, dan mau menang sendiri. Semua sifatmu berbanding balik dengan sifat Luna." Kyungsoo membandingkan.

Merasa ingat sesuatu, ubun-ubun Kyungsoo kembali mendidih.

"Pergi," usirnya. "Enyah kau dari hadapanku."

"Pololo," ucap Hye Ri menyebutkan sebutan sayang.

"Berisik!" seru Kyungsoo. "Menggelikan!"

"Kenapa kau bicara kasar sih!!" Hye Ri akhirnya terbawa emosi.

Kyungsoo menoleh dengan nanar. "Keparat! Aku bilang pergi!!"

"Terima saja kenyataan! Apa susahnya!" Hye Ri berkata dengan nada tinggi.

"Dan kenyataan yang susah kuterima itu adalah dirimu! Han Hye Ri!" geram Kyungsoo.

Hye Ri tercengang dalam diam bukan main saat mendengar perkataan Kyungsoo.

"Apa sebegitu berharganya Luna bagimu, Kyungsoo? Sampai-sampai aku dianggap seperti tak ada?" tanya Hye Ri menusuk.

Kyungsoo mengangguk. "Dengan melihatnya saja, aku merasa lebih dari terlahir kembali."

Dan air mata Hye Ri semakin manja jatuh ke pipi.

Kyungsoo lalu berjalan dengan kasar ke arah lemari, ia membuka laci dan mengambil beberapa lembar foto lalu melemparnya ke wajah Hye Ri.

"Kau tega," ucap Kyungsoo. "Bermain sebagai korban, tapi di sisi lain. Ada korban yang kau sembunyikan dari kenyataan."

Hye Ri menutup mulut lalu kembali menangis. "Bagaimana bisa-"

"Aku tahu semuanya sejak lama," jelas Kyungsoo. "Namun kutahan karena aku pikir itu hanya kencan biasa."

"Namun saat mengetahui kau melakukan itu, aku menguatkan tekad untuk mengakhiri semuanya." Kyungsoo kembali berujar.

Ada rasa sesal di dalam hati Kyungsoo, mungkin ini adalah balasan karena dulu, Hye Ri direbut oleh Kyungsoo dari Leyo.

Dengan cara yang halus tentunya. Dan beginilah jadinya, jika pengkhianat dan penggoda bersama, mereka akhirnya hanya bisa gerah oleh rasa bersalah dan panas oleh bara dosa. Hingga akhirnya menangis dan tak bahagia.

Ibarat kata, hubungan dari satu pengkhianatan seperti mendirikan rumah di atas api dengan lolongan anjing sebagai aksesoris. Panas dan tidak akan tenang.

"Harusnya aku tidak membuka hati saat kau datang," ucap Kyungsoo. "Harusnya aku sadar diri bahwa kau milik Leyo saat itu."

Hye Ri semakin gencar  mengeluarkan air mata. Sekarang, dia tahu, kalau sebenarnya bukan dia yang tersakiti.

Bukan, dan salah besar.

Detik ini, hanya ada satu niatan dalam hatinya. Yaitu: meminta maaf.

Hye Ri pergi dari hadapan Kyungsoo dengan perasaan paling acak yang pernah dia rasakan.

Ya, Hye Ri harus meluruskan semuanya. Namun di sisi lain, dia takut kehilangan Kyungsoo.

Hye Ri tidak mau anak ini lahir tanpa ayah.

Maaf sesal Hye Ri pada diri sendiri.

Kau tahu? Hal yang paling menyesakkan dalam hidup ini adalah: saat kau marah pada diri sendiri dan tidak tahu harus melampiaskan pada siapa.

ⓛⓛⓛ

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA!

ⓛⓛⓛ

Maaf, tapi, hati kalian akan diaduk setelah ini ^_^

Mr. Cold is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang