18. Held in Heart

8.2K 1.1K 86
                                    

Aku akhirnya sampai di depan hotel. Pelayan membukakan pintu mobil dan aku pun segera keluar.

Begitu Leyo dan aku sudah sampai di pintu masuk, ia masih tidak menagih jas yang tadi ia berikan di Langkan padaku.

Saat sudah sampai di Lobi, Leyo berkata sesuatu padaku.

"Mau aku antar ke kamar?" tawar Leyo sambil masih merengkuh pundakku.

"Tidak, terima kasih." Aku menolak tawarannya dengan halus. "Aku bisa sendiri kok."

"Yakin?" Leyo terlihat khawatir.

"Aku ya-"

"Kalau orang berkata tidak ya tidak." Sebuah suara berujar tepat di belakangku. Membuat kami berdua sempat terpaku lalu tak lama menoleh.

Kyungsoo? Sedang apa dia?

"Oh! Halo bro!" sapa Leyo ramah. "Sedang apa di sini?"

Kyungsoo bergeming. Dia tak mengindahkan sapaan Leyo, alih-alih menjawab ia malah melempar pandangan membunuh padaku.

Kyungsoo lantas mulai berjalan mendekatiku. Dan tak berselang lama, dia mulai menarik tanganku secara sepihak. "Ikut aku, banyak yang harus kita bicarakan."

"Hei hei hei, santai kawan, sekertarismu ini sedang tidak enak badan atau barangkali tidak enak hati," cegah Leyo.

Kyungsoo menoleh ke arah Leyo. "Bukan urusanmu. Lagi pula, pertemuan resmi akan berlangsung besok. Aku ingin semuanya siap."

"Tak apa, aku pergi sekarang ya?" ujarku lembut dan Leyo hanya tersenyum sembari membetulkan jas yang menutupi tubuhku.

Dan selanjutnya, hanya ada perasaan tidak enak menjalar ke seluruh tubuhku.

ⓛⓛⓛ

Begitu aku masuk, mataku membulat sempurna kala melihat beberapa piring pecah dan kaca meja tamu pun tak jauh beda. Semuanya pecah. Seolah dilempar dengan sengaja.

"Apa ini?" tanyaku tak percaya. "Apa yang terjadi saat aku pergi Kyungsoo?"

"Apa kau tahu? Ini semua piring mahal, astaga, bisa tidak sih kau menghargai sesuatu?!" aku berkata dengan sedikit nada tinggi. "Kita bisa dituntut merusak fasilitas!"

Aku segera mengambil sapu lalu segera membersihkan pecahan kaca juga piring yang berserakan di lantai.

"Hentikan," kata Kyungsoo. "Aku bilang hentikan."

"Hentikan Luna," kata Kyungsoo lagi. "Aku bilang hentikan. Tuli!!"

Aku menghentikan aktivitas menyapuku saat itu juga. Bukan, ini bukan karena aku menuruti perintahnya. Tapi lebih ke teringat akan ingatan pahit.

Jujur, jauh du dalam hati aku marah. Dia tertalu seenaknya mengumpat pada orang lain hingga tak sadar, bahwa aku sering terluka oleh tingkah lakunya.

"Ya, maaf pak," kataku sambil membungkuk.

"Pak?" ucap Kyungsoo tak percaya. "Kita tidak sedang di kantor."

"Anu pak," kataku, lalu tungkaiku mulai mendekati tubuh Kyungsoo.

Aku berbalik dan bersiap untuk pergi. "Kau tidak usah melarangku, aku bukan siapa-siapa bagimu, bukan?"

"Ke mana saja kau dengan Leyo?" Kyungsoo bertanya yang membuat langkahku terhenti. "Lalu jas siapa itu?"

Kini, dengan semua keberanian yang aku punya. Aku mulai mendekati tubuh Kyungsoo.

"Sejak kapan kau mulai peduli padaku, pak?"

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now