Percikan Sequel+Bonus Chapter

9.3K 1K 152
                                    

I'll make your brain think hard.

ⓛⓛⓛ

Pertemuan kami dengan pemilik Vexa Group sebulan yang lalu memang cukup mengejutkan, membingungkan juga, hei! Bagaimana tidak? Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat Leyo! Yang jelas-jelas hanya fiksi dalam mimpi. Astaga, dan demi Tuhan yang maha esa. Aku bingung setengah mati, pikiranku seperti melambung jauh tinggi ke belahan Tata Surya lainnya, Asgard mungkin.

Tapi serius, ini bahkan sudah sebulan sejak pertemuan kami membahas proyek itu, dan lekuk wajahnya masih sangat sama! Amat sangat sama! Terlalu nyata untuk disebut khayalan semata. Dengan bertemu dengan Leyo saja pikiranku kacau, kepalaku sakit bukan main.

Semua bayang tentangnya seakan menyeruak ke permukaan, menghadirkan bau anyir dari pahitnya kehidupan entah di mana. Aku terdiam di kursi dengan menghadap ke belakang, menatap jalanan Seoul dari lantai 20.

Hamparan awan terbentang bebas, semuanya luas. Burung terbang dengan gerakan yang acak baik induk atau anaknya, mereka girang dalam paparan sinar matahari sore.

Masih membekas dengan kuat diingatanku tentang betapa nyata dan berbekasnya mimpi yang sempat hinggap di tidurku saat itu, jika benar mimpi adalah bunga tidur, maka kenapa bunga berujung celaka?

Atau mungkin aku mati suri? Astaga, aku berpikir terlalu keras. Tapi Leyo? Kenapa Putra Duyang itu muncul di kehidupan nyata yang jelas-jelas hanya aku temui di mimpi?

Dejavu? Mungkinkah? Lalu bagaimana dengan Lay? Hye Ri? Apa mereka juga akan datang?

Lantas kenapa? Apa sebenarnya rencana Tuhan? Atau mungkin ini rencana Tuhan untuk memberitahuku bahwa sesuatu akan terjadi?

Aku cukup percaya pada tradisi orang tua dulu yang mengatakan bahwa mimpi menjadi pengantar pesan, juga sebagai pertanda.

Namun apa? Pertanda apa?

Kenapa seolah ada segudang rahasia yang aku tidak tahu sedang aku peran utama di sini? Ada begitu banyak tanda tanya yang menyembul dari atas kepala mengingat, tidak ada satu pun yang dapat aku jawab.

Namun entah kenapa, aku merasa seperti ada hubungan khusus dengan Mr. Leyo, seperti kita pernah dekat, aku pernah sangat dekat dengannya.

Sebuah panggilan masuk sontak membuat lamunan yang sedang aku rangkai dengan susah payah pudar begitu saja.

"KAK!"

Saat itu juga aku menjauhkan ponsel dari lubang telinga. Astaga, anak ini kesurupan apa?

"Kakakmu tidak tuli. Van!"

"Hehehehe, aku tampan Kak! Maaf!"

Embusan napas pasrah hanya menjadi jawaban dari omong kosong yang dia katakan tadi, katakanlah memang dia benar tampan. Tapi tidak harus disebutkan juga, karena aku sudah tahu..

"Kak? Kau di situ?"

"Ya? Ada apa sih?"

"Kau lupa ini hari apa?"

"Ini hari Selasa, kenapa? Kau ingin mengajak kakak ke mana lagi?"

"Sayang?"

Napasku sesak seketika, sejak kapan suara Levan jadi sedemikian berat?

"Siapa ini?"

"Pololo."

Senyumku mengembang saat itu juga.

"Aku cinta padamu."

"Aku juga, tapi apa kau bisa datang ke sini sekarang? Ada yang ingin aku bicarakan."

Mr. Cold is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang