16. The Romantic Man

9.3K 1.1K 109
                                    

Aku tiba di lobby dengan langkah yang anggun. Mari lupakan bahwa hakikatnya aku adalah sekertaris kantoran. Ayolah, aku sedang di Jeju bro!! Tampil wow itu harus!

Kuedarkan pandangan berusaha mencari dia yang tadi membuat janji sebelah pihak. Dan sekitar 3 menit aku mencari, Leyo tak kunjung muncul.

Akhirnya, dengan sedikit penyesalan, aku mendudukan bokong di kursi tunggu yang tersedia di lobby hotel.

Dan belum genap 2 menit aku duduk. Sudah ada yang menepuk bahuku dari belakang. Sontak aku berbalik, dan saat aku menoleh.

"Ini," sodor Leyo memberikan sebuah coklat. Lengkap dengan pita merah sebagai pemanis dari makanan yang memang sudah manis ini.

"Untukku?" tanyaku heran bercampur sedikit senang.

Leyo menggeleng. "Untuk satpam. Memang kau pikir untuk siapa?"

Aku hanya tersenyum kecil saat meraih coklat yang Leyo berikan. "Lama."

"Maaf, aku tadi sempat bingung mau memberikan apa, dan kebetulan aku melihat coklat pemberian tamuku." Leyo menjelaskan.

"Jadi ini bekas?" tanyaku agak sinis. "Wahh, hebat."

"Tidak, itu tidak bekas. Aku bahkan belum menyentuhnya," ujarnya membela diri.

Aku tersenyum. "Apa pun itu, terima kasih."

Leyo hanya mengangguk. "Sama-sama."

Lalu, ia pun menarik tanganku untuk segera berdiri hingga sejajar dengan tubuhnya. "Ayo, banyak tempat yang harus kita datangi."

Aku sempat menahan gerak langkahku saat Leyo menarikku layaknya hewan peliharaan, bukan apa, aku hanya takut sekaligus khawatir.

Leyo menoleh. "Jangan takut, meskipun iya aku orang yang berkecukupan, tapi aku tidak akan mempermainkan wanita layaknya mainan."

Oke, setelah Kyungsoo. Apa Duyang ini bisa membaca pikiran? Atau memang skill orang bertambah saat dia sudah kaya?

"Aku hargai perkataanmu. Tapi ..." ucapku menggantung. "Banyak pasang mata yang melihat kita, aku takut ini malah jadi skandal."

Leyo kembali tersenyum. Kini, senyumnya membuat aku merasa teduh. "Kau tahu? Akan aku remukkan orang yang berkomentar buruk dan menyebarkan berita palsu tentang kita."

Oke, ini skill kedua orang kaya elain membaca pikiran: Mengancam dengan kekuasaan.

Tanpa banyak kata, aku hanya mengangguk dan kami pun mulai keluar dari hotel.

ⓛⓛⓛ

Di mobil, hampir Leyo yang mendominasi pembicaraan, ia tak henti bertanya seperti: bagaimana kabarmu? Kau sudah makan? Kau suka apa? Berapa usiamu? Kau tahu mimi peri? Dan lain-lain.

Semua kujawab dengan lengkap. Tapi aku tertegun saat dia bertanya.

"Kau sudah punya kekasih?"

BYURR.

Lututku lemas saat itu juga, pasalnya, ada ribuan bahkan jutaan pertanyaan yang bisa saja ia tanyakan. Tapi kenapa harus tentang kekasih??

Segera aku membangun Benteng pertahan diri, bermaksud agar pertanyaan ini tidak terucap dan terdengar kembali ke gendang telingaku.

"Um, maaf, tapi aku menolak jadi kekasihmu, aku tahu ini sulit. Tapi, pertanyaan tadi mengindikasikan bahwa kau mencari tahu apakah aku sudah mempunyai kekasih atau belum. Dan jika aku jawab belum, kau akan melamarku, 'kan?"

Mr. Cold is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang