26. Berbanding Balik

9.4K 1.3K 248
                                    

Cerita ini sudah berkepala tiga gengs! Makasih ya!! :''v

ⓛⓛⓛ

Bangun dari tidur dengan cara terjatuh dari kasur itu sangat sangat menjengkelkan. Pertama jidat, kemudian lutut dan sikutku. Semuanya sakit.

Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi, dan suasana masih sangat sepi. Aku beranjak lantas membuka jendela kamar dengan perlahan, kuseka lapisan embun yang mengendap di kaca. Kurang dari 1 jam 20 menit lagi matahari terbit akan muncul.

Aku kemudian berjalan dari sana sambil mengikat rambutku dengan gaya kuncir. Sarapan harus aku siapkan sebelum fajar merangkak dari ujung laut.

Jika dipikir lagi, dulu, saat aku masih menjadi bagian dari hidup Lay. Aku selalu diistimewakan, diutamakan, diprioritaskan.

Tapi hanya satu kesalahan. Seakan semuanya hampa, semua perilaku Lay padaku hilang.

Mungkin ini yang dikatakan orang bahwa satu kesalahan akan meleburkan 1000 kebaikan.

Kompor menyala, dan aku siap memasak.

Suara ketukan pisau menggema kala mengiris bawang mengisi keheningan ruangan. Hanya lampu dapur yang menyala, sengaja tidak kunyalakan semua. Aku tidak mau tidur Kyungsoo terganggu, kasihan, dia pasti lelah karena pertemuan kemarin dan pergi menemani Hye Ri.

Sesekali aku menguap karena memang nyatanya, aku masih sedikit mengantuk. Tapi kupaksakan karena Kyungsoo suka telur gulung untuk sarapan.

Itu pun jika dia sudi memakannya, karena bukan sekali atau dua kali dia membuang masakan buatanku begitu saja.

'Mubazir bahan, lebih baik aku makan diluar.'

Jatuh air mataku pada punggung tangan kala mengingat perkataan Kyungsoo saat itu. Entah kenapa, dan aku pun heran dibuatnya. Berapa kalipun dia menyakitiku, aku seperti orang tolol yang rela kembali padanya dan siap tersakiti berulang kali.

Setelah semua bahan sudah siap, aku mulai menuangkan telur yang ada di dalam mangkuk pada wajan.

Dan saat aku sejenak memejamkan mata karena mengantuk, tanganku menyentuh pinggiran panas dari wajan tersebut.

Sontak aku berteriak karena terkejut, lalu saat aku akan menjilat luka bakar itu. Sebuah tangan menarik tanganku menuju wastafel.

"Kalau luka bakar itu dicuci, bukan dijilat," ujar Kyungsoo yang tiba-tiba muncul di belakangku.

Air mengalir tepat saat tuasnya ditarik ke bawah, dan saat air mengalir juga, aku hanyut dalam pemikiran yang dalam.

Lantas, luka di hatiku harus dicuci agar hilang? Oleh apa? Oleh siapa?

"Beri tahu aku jika kau terluka," ucapnya sambil mengelus-elus jariku di bawah aliran air.

Aku menoleh ke arah wajahnya yang lugu karena masih dalam fase bangun tidur.

"Kenapa?"

Kyungsoo mengembuskan napas kesal. "Sudah kubilang 'kan, aku tidak mau kau terluka sendirian."

Lalu setelahnya, Kyungsoo bergeser ke arah kompor, Kyungsoo mengarahkan jarinya menyentuh pinggiran wajah yang kuduga sudah sangat panas.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now