08. Kyungsoo Was Angry

10.5K 1.4K 125
                                    

Aku tidak tahu kenapa. Tapi yang jelas, Kyungsoo sangat marah kala itu. Dia, ugh! Menyeramkan. Bahkan lebih daripada yang biasanya.

ⓛⓛⓛ

Selepas insiden pintu terkunci itu, kami akhirnya menjalani kehidupan masing-masing.

Baru aku tahu saat kami tetidur di kamar mandi, ternyata ada tukang yang datang. Dan akhirnya pintu bisa terbuka. Yang anehnya, kenapa saat aku bangun. Kyungsoo tidak memakai baju dan hanya memakai CD? Setelah kucek. Tubuhku masih utuh, masih tersegel. Tidak, aku tidak ambigu. Hanya, aneh saja. Untungnya dia suamiku.

Sekarang aku sibuk dengan tulisanku, karena disamping menjadi asisten pribadi, aku juga seorang penulis, masih asal mungkin. Tapi, ide cemerlang sukar didapat. Jadi, tidak haram 'kan jika aku tuangkan melalui ketikan lalu dipublikasikan?

Begitupun Kyungsoo, dia masih anteng dengan hitungan anggaran perusahaan yang bila aku melihatnya saja, mataku akan meleleh tanpa sebab. Tidak, aku masih sayang akan pemberian tuhan ini. Aku tidak mau melihat angka laknat yang dapat membuat semua saraf dalam otakku berceceran karena tak kuasa mencerna puluhan juta Won yang dikalkulasikan dengan bilangan antar anggaran bulan juga dikali dengan 700 jumlah karyawan juga dipadu dengan diagram statistik yang naik turun seperti ular kurang makan. Tidak, terima kasih.

Aku masih lebih nyaman dengan rangkaian angka yang akan aku ketik, ini lebih mudah dan 1.000× lebih ringan daripada menghitung deretan angka yang tidak berujung.

Tiba-tiba saja, ponselku berdering. Ada telepon masuk.

"Yo! Halo! Luna? Apa kabar?"

Tiba-tiba saja ada suara pria yang menyapa dengan cukup keras, tepat saat aku mengangkat telepon.

"Maaf, ini siapa?"

"Kau tidak ingat?"

"Jika tidak menjawab, akan aku matikan teleponnya. Maaf."

"Aku Byan! Astaga, kau lupa??"

Aku hampir saja melompat kesenangan. Jika saja aku tidak menyadari ada Kyungsoo di ruang sebelah mungkin, lantai akan jadi sasaran karena aku akan menginjak-injak permukaannya girang.

"Yak! Aku menunggumu saat itu, dan kau tidak datang. Aku menunggumu selama 3 jam."

Perasaan bersalah mengalir dengan cepat ke seluruh tubuhku.

"Ah maaf, aku tidak bermaksud. Sebenarnya aku lupa kalau aku ada urusan mendadak."

Mustahil aku berkata, jika alasan aku tidak datang adalah karena terkunci dari dalam dengan Kyungsoo. Tidak berbaju, dan kami berdua tertidur berdua di kamar mandi. Oh, jangan, orang gila pun akan tertawa saat mendengar alasan itu. Meskipun, itu benar adanya.

"Bisa kau temui aku sekarang?"

"Bisa, mau jam berapa?"

"10 menit lagi. Bersiaplah. Apa kau ingin aku jemput?"

GLEK!!!

"T-tidak, tidak usah. Aku bisa pergi sendiri."

Bisa gawat jika ada orang yang tahu aku serumah dengan Kyungsoo.

"Oh, kalau begitu. Oke! Aku tunggu ya! Di restoran Kamdang Food."

Tenggorokanku terasa dipenuhi batu bara saat teringat akan pantrangan Kyungsoo untuk aku bertemu dengan Byan.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now