38. Kyungsoo's World

6.7K 972 157
                                    

Kadang aku berpikir kenapa aku mau-mau saja menuruti semua keinginan Kyungsoo saat di mana aku sendiri malah mempunyai kuasa.

Hari ini kami tidak bekerja, entah apa alasannya, tapi tadi. Mungkin 3 jam ke belakang, Kyungsoo melarangku kerja. Padahal rasanya aku ingin menangis jika mengingat begitu banyak kewajibanku yang terlantarkan.

Kyungsoo sedang mandi sekarang, dia ngotot ingin pergi bermain ke luar rumah. Katanya ingin mandi bola, ingin offroad bla bla bla. Dasar Patung.

Selesai dia dari ritual main airnya, kami makan bersama di ruang TV. Sesekali aku ikut bernyanyi saat ada 9 orang pria menari dan bernyanyi di TV.

"Berisik," katak Kyungsoo tak suka. "Kita sedang makan."

"Tapi suara pria nomor punggung 12 enak," rengekku membela diri.

"Suaraku lebih bagus," ucap Kyungsoo lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya. "Jadi, diam."

"Cih, apanya?" ledekku tak percaya. "Aku malah takut mendengar suaramu."

Kyungsoo melirik ke arahku. "Alasannya?"

"Ya kalau tidak mencaci-maki, kau pasti marah-marah." Aku berujar. "Makanya aku takut."

"Itu 'kan wajar," elak Kyungsoo. "Aku kan tampan."

"Coba jelaskan, ada sangkut paut apa tampan dan suara yang enak?" tanyaku padanya.

"Tidak ada," kata Kyungsoo.

Aku mendengkus. "Hih."

"Hah, hah ah ah." balas Kyungsoo.

"Apaan sih?" tanyaku risi.

"Aku hanya meniru suaramu saat di Hotel Bongdae." Kyungsoo berkata sambil menahan tawa. "Kau, um, apa ya? Mendesah? Hehehe."

"Bicara sekali lagi, kucekik lehermu. Pak," ancamku padanya.

"Ampun, aku takut, hehehe." Kyungsoo meledek.

"Aku serius!" seruku berusaha meyakinkan bahwa perkataanku tidak main-main.

"Kau cekik leherku, aku cium lehermu. Bagaimana?" Kyungsoo menawarkan.

TIDAK! JANGAN KISSMARK LAGI!!

"Eh," ucapku kikuk. "Ampun deh."

Kyungsoo meletakkan piringnya di meja. Ia lalu beringsut ke arahku. "Ampun? Apa itu ampun?"

"Kyung, jangan Kyung," ucapku lalu berusaha untuk mundur sejauh yang aku bisa. Sialnya, tubuhku membentur ujung kursi, yang artinya, tamat sudah semuanya.

Kyungsoo semakin mendekat, dan rasanya, ingin aku cakar wajah mesum Mata Bulat itu saat perlahan ia mulai mendekati tubuhku.

"Jadi," kata Kyungsoo. "Cekik dan cium? Ah, tidak buruk."

Aku menggeleng ketakutan, setengah mati aku berusaha menahan agar keringat dingin tidak keluar. Tuhan, Kyungsoo gila hari ini. Tolong aku.

Tangan Kyungsoo meraih tanganku, dan aku sontak berteriak ngeri. Namun belum selesai aku berteriak, tanganya menarik tanganku.

Hingga alhasil, aku ada di atasnya dan dia ada di bawahku.

"Ayo cekik," katanya lalu mengarahkan tanganku ke leher milik Kyungsoo. "Ayo, aku sudah tidak sabar."

Aku menggeleng dengan penuh kengerian. "Tidak sabar apa?"

"Apa lagi?" tanyanya jengah. "Menciummu lah."

Sesi cekik tidak berlangsung, yang ada aku hanya duduk di atas selangkangannya dengan degup jantung yang luar biasa kencang.

Kyungsoo menggerakkan pahanya sedikit di atas bokongku. "Aku suka anak laki-laki."

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now